DIRUMAH TUA, SINGGAH SEJENAK

Telpon itu berdering
Dengan nada lagu tenar
Lagu seorang perempuan berkebangsaan eropa
Disaat asyik dengan segelas teh
Bersama sahabat lama..
Yang hingga kini masih sering bersama.
Ternyata,
Dering telpon itu respon atas Sort Massage Service
Yang kukirim sebelumnya.
Dengan tulisan pertanyaan ”Dimana Posisi Jo ? ”
Dan hand phone itu kutempelkan ketelinga..
Lidahku bergerak, bibirku komat-kamit
Menjawab seorang sahabat
Yang mencariku lewat hand phone itu.
Tidak kusangka..
Dia menjawab.. bahwa dia sedang dirumah tua itu
Rumah tua dari papan yang sudah nampak usang
Sejak aku tau dia disana, aku sedikit santai
Berbalut rasa penasaran..
Ternyata dengan nada desakan..
Dia mengajukan “kamu kujemput ya..!
Tanpa ragu hatiku dan mulutku menjawab ia.
Karena kutahu..
Dia pasti ingin rumah ini dikunjungi oleh banyak orang
Paling tidak, diketahui oleh manusia seperti aku misalnya
Dengan putaran kendaraan roda dua tanpa surat surat itu.
Milik seorang sahabatku dikomunitas
Menelusuk diantara bagunan pemukiman
Di gang-gang rumah penduduk disekitar kampus itu
Tidak kusangka,
Sembari bercerita banyak hal
Kami tiba di sebuah gerbang,.
Seorang nenek tua duduk diteras rumahnya
Menikmati makan malam.
Dengan dialek tapanuli
Di menyapa kami
Mari Makan ! seperti biasa, kami hanya menjawab..
Terima kasih pung..!
Sekilas rumah itu ramah, tenang dan membingungkan..
Disaat aku datang, terlihat di depan mataku
Beberapa wajah yg tidak asing lagi
Para sahabatku yang sering mengajakku berdiskusi.
Tetapi sedikit aku merasa heran..
Ada beberapa teman yang baru aku lihat..
Baru pertama kali bertatap wajah dengan mereka..
Ternyata mereka para sahabat baruku
Penghuni baru rumah itu..
Tak lupa aku harus beri tahu..
Didepan rumah tua itu, tepat di sisi tembok pembatas..
Sebuah bendera usang kebanggaanku terpampang
Seolah mengigatkan ku di jalanan dahulu.
Bendera ini menghipnotisku
Menjadi seorang pemberang dijalanan kala itu ..
Dan bendera itu..
Seolah mengucapkan” selamat datang untukku”
Dan mungkin untuk semua orang, yang datang kerumah tua itu..!
Aku datang dengan senang
Waktu ga kusia-siakan.
Aku berkeliling dirumah tua yang nampak usang itu.
Selembar white board menepel di dinding
Papan tripleks ini sering kucoret-coret dahulu
Disaat kami mendiskusikan sebuah topic..
Atau disaat aku merasa kesepian..
Atau saat aku kesal dengan teman-temanku..
Dan disetiap tempat kami pindah
Papan ini selalu ada menemani kami.
Setelah mengelilingi rumah tua itu,
Tak lupa aku menyiram kamar mandi
Dengan siraman hangatnya air seniku..
Setelah mataku mendelik kekiri-kekanan
Muka dan kebelakang..
Aku kembali keteras dekat tembok berhias bendera itu..
Mengobrol dan bercanda dengan teman-teman itu
Yang nampak di raut wajah mereka girang..!
Girang karena sudah dapat rumah tua lagi..
Setelah beberapa topik kami berdiskusi..
Dengan kepulan asap racun yang kami senangi.
Tak terasa, bagian tubuh kami antara kelamin dan dada
Mulai menimbulkan suasana baru.
Suasan lapar, karena jarum jam sudah berada di angka 10
Akupun berniat untuk kembali kemasa kami
Masa bersama penuh arti..
Mengoceh kantong dengan lembaran rupiah
Untuk dijadikan alat tukar
Menukar kertas itu dengan beras
Tidak lama berselang.
Dua orang lagi teman baru datang
Dengan suara sepeda motor yang nampak sedikit bising
Dan merekapun bergabung
Bergabung untuk alat tukar itu..
Setelah semua berpartisipasi..
Bahasa kami dari dulu tidak pernah berubah
Mengumpulkan beberapa rupiah.
Dengan bahasa dan sik

Semua rencana dimuai..
Pertama aku tawarkan makan bersama
Tentu dengan jalan lebih dulu harus memasak beras
Untuk dijadikan nasi hidangan bersama
Setelah berbagai debat lucu..
Seorang teman menawarkan alat masak
Teman itu seorang mahasiswa baru..
Kulihat dia cukup inisiatif, bagus untuk generasi rumah itu kedepan
Tidak lama berselang.
Sepeda motor dengan list merah itu meluncur
Mencari sedikit beras..
Aku merasa tidak lama
Atau karena kami sambil diskusi..
Tentang sebuah rencana dengan perdebatan asyik
Dua orang teman yang keluar
Untuk beli beras dan sayur itu kembali
Langsung bekerja mengubah beras itu menjadi nasi..
Tentu dengan alat masak itu.
Ditengah guyonan dan candaan
Sesekali dibarengi dengan cerita sex..
Nasipun sudah tanak.
Kawan dari pesisir itu berinisiatif
Meminjam parang dari tetangga
Untuk digunakan menebas
Menebas daun pisang milik sebelah rumah…
Daun pisang itu kami gunakan
Sebagai wadah untuk nasi bersama
Malam bersama yang sangat kurindukan sebelumnya..
Kini telah menjadi nyata kembali..
Di teras rumah tua itu
Diterangi lampu gantung
Kami makan dengan lahapnya..
Hingga perut kenyang, kamipun kembali berdiskusi
Tapi kali ini..
Kami tidak memiliki kopi..!
Dan kami melanjut dengan air putih
Tidak luput, kepulan asap racun terus menemani
Hingga larut tiba…
Tidak terasa waktu kami singgah sebentar,
Ujung jarum jam telah berada di nomor 12
Kamipun harus kembali
Meninggalkan rumah tua..
Dan meniggalkan kawan lama
Yang berencana untuk tidur dirumah tua itu..
Seorang teman itu berbunyi..
Dengan nada “Senang kalau kalian datang kesini..!”
Aku pun membalas..
Aku akan selalu datang disetiap kesempatan..!
Aku menjawab itu..Karena ku tau.
Rumah ini sangat sulit didapat..
Dan sangat berharga untuk kita kedepan..
Aku bangga dengan perjuanganmu kawan..
Dan aku juga sedikit malu, karena tidak bisa beri kontribusi lebih banyak..!
Untuk dapat rumah tua ini sebelumnya..
Tapi aku tahu, mereka tidak mengharap itu lagi
Yang ada hanya harapan..
Semoga rumah tua ini, selalu dikunjungui oleh semua teman
Untuk mengobrol banyak hal..
Rumah itu sangat berarti bagi kita kawan..
Datanglah untuknya..
Kau pasti disambut oleh bendera kebanggaan itu..
Bersama penghuni yang baru jua....
Dan….akhirnya aku berjanji
Aku akan selalu datang untukmu kawan..
Untuk rumah kita..
Rumah tua yang menyimpan segudang cita-cita
Segudang pemikiran dan harapan..
Dan mungkin segudang wajah baru kelak..

Selamat untuk mu..wahai rumah tua..
Kini engkau dihuni oleh kaum muda harapan sejarah..
Ku berharap, esok akan selalu datang..
Teman lain untukmu wahai rumah tua...!!
Medan, 29 Maret 2009
Juson Ali’eha
Post a Comment