NERACA EMOSI

neraca,
kau tau neraca itu...
timbangan bagi para pengagung perhisan emas
ukuran bagi penjaja pasar sembako..
senjata bagi ibu di pasar pagi..
dan neraca...
terget para lintah darat
didesa-desa kaum tani terpinggirkan itu..


namun bagiku..
neraca kebencian akan ada..
neraca buat mengukur sikap munafikmu..
kau pamerkan dihadapanku kebohongan
kau keluarkan kata-kata muslihat..
dan omong kosong dari orang yang kau anggap harapan..
begitu muak, begitu...dan begitu tebal..
mukamu ditutupi topeng-topeng kekuasaan...
diselimuti jiwa dan ambisi..
ambisi untuk posisi
posisi nayaman dalam genggaman...
genggaman kotor pecandu penghisapan..

ku tau...
tau dari kemaren, ketika ku lahir yang kedua kalinya
duri-duri pembunuhan akan tercipta
lidah-lidah penghisapan akan menjalar..
dari mulut bau busukmu..
kau pasti akan hisap keringat itu..
keringat darah dan air mata sekitarmu...

ku tahu, gubuk-gubuk harapan kecil itu pasti..
pasti kau bombardir dan buru mereka dengan tangan serakahmu..
tapi kini, kau pamerkan wajah-wajah senyummu
dipohon asri penyeimbang pengapnya kotamu..
kau tempelkan dada dan kata-kata manismu..
di jalur mata setiap menatap..

dan kini, kebencian bertambah di bathinku
akibat ulahmu..
akibat kau,
kau akibatkan bangsat...!
dia kawanku..
kini menjadi pembelamu..


di mataku,
di isi kepalaku, tergambar watak aslimu kini..
dan kini engkau akan ku ukur..
ku ukur dengan seksama...
seksama..dengan neraca kebencian..
yang baru kuciptakan beberapa saat setelah bertemu denganmu..

di mataku, marker hitam itu jelas tergambar..
jelas dan sangat jelas..yang dulu kulihat itu senjata
senjata untuk coretan cercaanmu..
cercaan atas keberingasan, cercaan atas ketidak manusiawian...

tapi kini...pasti aku tahu..
dan sangat pasti..kau t'lah masuk dalam tong itu..
tong setan para sampah..
samapah kemunacfikan..!
sampah, hitam..
sampah busuk kelam jiwamu..

akupun tahu..
dan kini semakin perkuat bathinku
perkuat patri jiwaku..
bahwa neraca itu akan kugunakan kini..
akan kutimbang dengan rata...dan..
kini aku akan buat ukuran pasti..!
kutorehkan dalam kelam sejarah kita..
ditepi zaman masa lalu yang telah sirnah...

kuputuskan..
dan kusamaratakan..
sama rata neraca baruku..
neraca kebencian..

dan kaupun pasti tahu..setelah aku tinggalkan jasadmu..
palingkan wajahku, neraca pasti telah kubuat..
kini aku sampaekan untukmu..
dengan keputusan kini, dengan keyakina mutlakku.
bahwasanya...!
dengan sangat pasti...

"Lebih baik aku pergi !
pergi dengan sebilah parang...
dari pada datang dengan sepotong pulpen marker hitam
yang akan kau jadikan coretan...
coretan tanda tangan penuh kemunafikan...
inilah neraca itu...
Neraca baru..kebencianku untumu...!"

Juson Ali'eha
Medan, 19 April 2010

Tidak ada komentar