ORANG UTAN MEYEBERANG SUNGAI


==================================================

Bukit Lawang mungkin tidak asing bagi ingatan kita, kawasan wisata ini banyak diberitakan media local maupun nasional karena pesona dan keunikannya. Bukit lawang secara geografis berada di Kabupaten Langkat Kecamatan Bahorok dan merupakan salah suatu areal wisata alam di Sumatera Utara.

Bukit Lawang secara khusus menjadi kawasan wisata disamping pesona alam, seperti hutan rakyat, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Sungai Bahorok. Salah satu terpenting adalah keberadaan Orangutan Sumatera yang masih mudah di jumpai karena kebanyakan Orangutan disini merupakan hasil program rehabilitasi dan masih semi liar dan hanya ada dua habitat orang utan di Indonesia yaitu Sumatera dan Kalimantan. Secara khusus di Bukit Lawang Orangutan menjadi perhatian banyak pihak, sebab sadar atau tidak Orangutan menjadi magnet wisatawan datang berkunjung ke Bukit Lawang khususnya pengujung Mancanegara. Dengan situasi seperti ini keberadan Orangutan menjadi sangat penting bagi keberlangsungan ekonomi masyarakat Bukti Lawang yang merupakan masyarakat wisata.


Jika kita mengunjungi daerah ini, kita akan mudah melihat banyak souvenir ataupun propaganda dalam stand-stand pedagang dengan desain motif Orangutan. Ini artinya Orangutan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari system ekonomi masyarakat Bukit Lawang. Untuk para pemandu wisata (guide) melihat orang utan ataupun menunjukkan Orangutan kepada wisatawan local maupun mancanegara menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegaitan memandu di kawasan wisata Bukit Lawang khususnya di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Tentu semua aktivitas ini bertujuan untuk kepentingan ekonomi bagi para Guide karena jasa guide ini sudah merupakan profesi dalam kehidupan masyarakat wisata dan mendorong kenyamanan atau kepuasan bagi para tourist.

Dalam prespektif ini kita bisa berikan asumsi yang mungkin memiliki kebenaran factual bahwa masyarakat Bukit Lawang secara umum tentu sudah menyadari bahwa menjaga dan menyelamatkan Orangutan sudah menjadi prinsip bersama yang selalu di lakukan setiap saat. Mengingat perputaran ekonomi masyarakat sangat bergantung terhadap keseimbangan ataupun keberadaan dan keberlangsungan kehidupan Orangutan.

Tidak hanya masyarakat, paling menarik dari Bukti Lawang adalah banyaknya kepedulian datang dari ekternal masyarakat local sendiri dan memberikan perhatian serius maupun program atas kondisi Orangutan. Ini sangat penting disamping menjadi media proses edukasi transformative bagi perkembangan pemikiran masyarakat Bukit Lawang serta para pengunjung, juga memberikan kontribusi atas pengembangan kawasan wisata alam dengan tetap mengacu pada prinsip industri pariwisata berbasis kesadaran lingkungan. Banyak study ataupun kursus-kursus yang telah dilakukan sejak lama tentang bagaimana menjaga dan melindungi Oangutan, mencegah konflik dengan Orangutan dan study kewisataan ekologis lainya.

Namun disini saya harus sedikit berfikir subjektif bahwa keberadaan lembaga ini juga bukan tidak mungkin menimbulkan masalah, jika keberadaan lembaga tersebut tidak memiliki konsistensi dan harmonisasi program dengan kebutuhan masyarakat. Tentu ini masih dalam batas kekhawatiran subjektif dan semua orang termasuk lembaga yang memiliki konsentrasi program khususnya Orangutan memiliki hak untuk membantah argumentasi ini. Salah satu yang sangat serius bagi saya untuk di dialogkan adalah bagaimana Orangutan harus tetap berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Seperti dalam judul tulisan singkat ini “Orang Utan Menyeberangi Sungai” banyak sudah perdebatan dengan teman-teman yang memiliki berbagai aktiviats di Bukit Lawang tentang hal ini. Dari penggiat lingkungan, pedagang kecil, para pengunjung hingga pengusaha. Disatu sisi ada kesamaan dalam mempersepsikan Orangutan sebagai asset penting bagi masyarakat Bukit Lawang. Namun tidak jarang ada perbedaan pendapat tentang bagaimana seharusnya Orangutan tetap dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Dipihak lain khususnya dari lembaga-lembaga flora dan fauna mungkin tidak harus disebutkan satu persatu dalam tulisan murahan ini. Ada harapan suatu saat kita akan sadar jika ada waktu membaca isi tulisan ini akan memberi persepsi bersama bagaimana Orangutan harus tetap dalam kawasan TNGL.

Memang kelompok eksternal secara umum berpendapat, seharusnya guna keselamatan Orangutan kedepan dan melatih kemampuannya untuk tetap liar seharusnya berada dalam kawasan TNGL. Saya secara prinsip mendukung formasi berfikir seperti ini, mengingat Orangutan di Bukit Lawang banyak merupakan hasil dari program pengembalian Orangutan ke habibatnya.

Namun pendapat lain yang sering menjadi kontradiktif dengan program-progam beberapa penggiat lingkungan dan pencinta kehidupan liar. Mereka tidak menganggap terlalu masalah Orangutan jika keluar dari kawasan TNGL. Artinya Orangutan meyeberang sungai dan beraktivitas disekitar hutan rakyat adalah juga menjadi asset wisata bagi pemilik hutan. Disatau sisi dengan jalan ini mungkin sisa hutan rakyat tidak akan musnah karena perubahan fungsi menjadi perkebunan. Juga bermanfaat bagi pemilik hutan dengan berfungsinya menjadi kawasan kunjungan wisata bagi touris mancanegara dengan adanya Orangutan dikawasan hutan rakyat tersebut, yah semua ini masih dalam konteks mungkin.

Dibawah ini saya akan coba mengajak teman-teman ke dalam gelanggang diskusi dengan mencoba memberi asumsi pertanyaan atau dugaan apa yang ada dalam pikiran pembaca. Pertama, jika anda yang mengerti dengan kawasan Bukit Lawang mungkin sebelum tulisan ini menjadi jelas, pertanyaan pertama yang akan muncul adalah “bagaimana Orangutan bisa meyeberang sungai..?”. Atau kedua anda yang tidak mengerti mungkin akan bertanya dengan dugaan”apakah Orangutan meyeberang dengan berenang di sungai..?.

Kedua pertanyaan ini akan menjadi jelas ketika suatu momentum saya dengan seorang teman warga Negara asing berjalan dijalur jalan setapak yang dibangun dari feeding platform menuju hulu sungai. Ditengah perjalanan ada hal menarik perhatian kami saat itu salah satu dari Orangutan berusaha menyeberang dengan menggunakan tali peyeberangan yang ada di salah satu areal Taman Nasional dengan hutan rakyat, membentang diatas sungai Bahorok. Pemandangan sangat atraktif dan sangat lucu, dengan tidak ada kekawatiran orang utan yang belum saya ketahui nama sebenarnya itu berhasil meyeberang dan berjalan mencari sesuatu di pinggir sungai.

Selama berada di luar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser tepatnya dijalan pinggir sungai. Orangutan tersebut berusaha mencari makanan yang ada dalam sampah jalanan. Beruntung tidak ada makanan yang membahayakan, maka dia terhindar dari bahaya saat itu. Sepanjang jalan saya berfikir jika suatu saat Orangutan selalu meyeberang dan ada orang yang tidak peduli dengan lingkungan melintas dan membuang sisa makanan yang membahayakan bagi Orangutan tentu akan muncul kasus lain. Orangutan akan mendapat masalah besar, bisa saja sakit atau keracunan. Namun ini hanya kekawatiran personal yang belum saya ketahui apakah mungkin, mengingat pemahaman saya tentang sifat-sifat binatang yang satu ini terhadap makanan dan bakteri belum cukup jelas, karena secara akademik saya belum pernah mengadakan penelitian tentang Orangutan. Jika kekawatiran itu terjadi maka semakin berkurangnya populasi Orangutan dan tidak tertutup kemungkinan mengalami kepunahan. Dengan punahnya Orangutan akan berpengaruh terhadap sistem ekonomi masyarakat di Bukit Lawang. Hal tersebut bisa saja terjadi karena diawal analisis saya bahwa Orangutan salah satu magnet rotasi ekonomi masyarakat Bukit Lawang.

Ternyata disela saya berfikir sepanjang jalan, seorang teman saya yang merupakan warga Negara dari salah satu Negara di Eropa tersebut, juga berfikir sepanjang perjalanan. Hingga disaat malam tiba, dia mencoba mengajak saya berdiskusi tentang Atraksi Orangutan tersebut dengan memulai pertanyaan serius.

Dia bertanya “apakah kamu tahu ada lembaga yang perduli dengan Orangutan disini. Dengan santai sehabis makan malam saya menjawab mungkin ada. Tanpa memberi kesempatan saya langsung mengajukan pertanyaan bernada investigative”mengapa kamu bertanya soal itu..?”. Jawaban yang memuaskan datang karena hampir sama dengan apa yang saya pikirkan sepanjang jalan, lebih kurang seperti ini dia menjawab“ begini jika kejadian seperti tadi, Orangutan keluar kawasan Taman Nasional akan menimbulkan masalah kedepan. Saya tahu banyak lembaga bahkan koorporasi mendukung kelestarian Orangutan juga dari masyarakat di eropa sendiri dengan mendonasikan uang untuk program itu. Tetapi jika Orangutan tidak benar-benar dijaga dengan konsep-konsep konservasi akan ada masalah dalam keseriusan program.

Dengan mencoba mempersingkat pemaparan teman tersebut saya memotong pembicaraan”. yah saya tahu tentang itu, kita sama-sama mengerti karena kita juga pernah sama dalam NGO dan sejenis itu, memang dengan meluasnya pembicaraan atas Pemanasan Global membuat seluruh dunia panic maka dana yang mengalir untuk lingkungan akan semakin besar termasuk seluruh program yang berkaitan dengan itu.” Tapi yang sangat perlu saya ketahui, ketika kamu tahu ada satu lembaga atau beberapa lembaga yang perduli dengan Orangutan apa yang harus kamu lakukan ?”

Dengan suasana diskusi di barengi dua gelas kopi, teman tadi malah kembali bertanya”apa menurutmu..?” dengan santai saya menjawab” saya secara prinsip memiliki beberapa dimensi dalam menganalisis masalah. Pertama dalam konteks ekonomi dan kedua dalam konteks program”. Jika dalam konteks keberadaan lembaga yang konsentarsi terhadap Orangutan itu saya kategorikan dalam konteks program maka langkah pertama yang harus saya lakukan adalah menulis kenyataan ini dan mencoba mengajak banyak orang untuk mendiskusikan masalah Orangutan tersebut. Yang kedua berusaha mencari apakah ada lembaga yang punya program tentang Orangutan khususnya masalah keberlangsunganya termasuk tentang zona yang harus diputuskan bersama bagi Orangutan. Setelah itu mengajukan beberapa ide diantaranya mencoba mengajak mereka mencari solusi jika dimungkinkan mendorong mereka untuk membicarakan kasus tersebut dalam konteks kelembagaan dan jaringan mereka baik local, nasional maupun Internasional.

Jika mereka berkomitmen tentang itu saya pikir sangat bagus artinya akan selaras dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat kedepan. Mengakhiri penjelasan, saya mengajukan pertanyaan singkat “bagaimana menurut kamu.?”. Dengan cepat dia menjawab, “mungkin itu benar tetapi saya akan coba menunggu apakah yang akan kamu lakukan ada progress yang membanggakan. Jika ada saya bisa mengerti bahwa beberapa NGO di sini cukup konsisten dan saya juga bisa menulis di beberapa media Internasional, namun jika tidak efektif mungkin ada jalan lain.

Begitulah singkat diskusi itu mengalir seperti tidak ada alur, layaknya obrolan warung kopi, tetapi menjadi jelas jika ada tanggapan yang lebih serius untuk membicarakan hal ini atau mendiskusikan dengan beberapa personal ataupun lembaga yang ada kepedulian dengan Orangutan khususnya yang memiliki program di Bukit Lawang. Inilah dasar terpenting tulisan ini saya coba publikasikan di jaringan sosial dan mengirimkan ke beberapa NGO flora maupun fauna serta beberapa media cetak.
----------------------------------
========================
Penulis
Juson Ali’eha
Mantan Relawan Korban Banjir Bandang 2003
Bukit Lawang
20 Januari 2010 jam 9:21

Tidak ada komentar