APRESIASI 18 MEI 2013
22 Mei 2013 pukul 13:05
Sore itu tidak begitu istimewa, yang ada hanya tiga orang anak muda yang hampir tua berbicara dengan gaya panglima “Bujang Lapuk” dalam film komedi Budaya Melayu Deli. Sesekali terdengar lantun langgam ala “Uak Labu” memuja-muji dan mengaitasi sesama untuk mimpi-mimpi yang masih sangat langka dalam sejarah universitas baru yang hamper tua ini. Penulis memberi apresiasi atas segala pesona wajah lugu penghuni kehidupan dunia doktrinasi ini.
Dua bulan lamannya,
besutan 2 Master dan 2 Strata 1 ini bergerak linier dan non linier
menemukan kristalisasi ide guna membangunkan harapan yang hamir kosong
dimakan tamaknya keriput usia ujur yang brilian. Berdebat, fesimisme
hingga optimisme “keblinger” mengalir deras menata hitungan-hitungan
kalender proses hidup dari waktu ke waktu, hari-kehari hingga 18 mei
tercipta menjadi riuh baru yang mungkin akan menjadi spirit baru dalam
tradisi universitas yang lazim dimanapun.
Tetapi tidak proses namanya
jika tidak berhasil mengkoreksi pelaku ide, yang mana yang benar dan
yang mana hanya bicara, bukan pula proses dialektikan namanya kalau
tidak berhasil menemukan hiphotesa baru yang akan membawa kita dalam
pengertian objektif akan siapa yang bisa di ajak berbuat dan yang mana
hanya bisa menilai tanpa mampu mengantarkan ide hingga ke tujuan yang
dicita-citakan.
Sebelum menurunkan therminologi atas semua
sahabat-sahabat penulis yang konsisten menuju 18 mei 2013, penulis
ingin mengoreksi beberapa hal tentang dialektika yang mungkin juga
bergerak statis dan keliru atas penilaian yang berpedaoman dengan asumsi
selama ini. Pertama, sesungguhnya teman dalam membangun ide itu belum
tentu teman dalam realisasi, teman yang dipercaya itu belum tentu teman
yang bisa memahami arah dan tujuan proses yang dicita-citakan.
Kalau
tidak begitu kasar, umpama yang bisa penulis berikan adalah “ Kapas
boleh terbang tertiup angin sejauh mungkin, tapi dia tidak bisa kembali
ke asalnya walau terguyur hujan bersama badai“. Tetapi apapun apologinya
dan apapun rasionalisasinya sikap-sikap demikian telah memberikan efek
positif bagi penulis untuk memahamai kenyataan dan impian.
Maaf, penulis
tidak sedang mengkritik, atau memberikan respon negative atas beberapa
tingkah pola diantara kita, karena semua kita punya hak untuk bersikap,
juga tidak seorangpun memiliki otoritas penuh atas diri seseorang.
Tetapi penulis hanya memberi makna atas antithesa persahabatan ala urban
yang sama sekali tidak penulis pahami saat masih berada di luar Ibu
Kota yang pragmatis, culas dan hedonis ini.
Penulis juga
mungkin akan berbicara dalam konteks yang biasa saja, sekalipun semua
orang diberi talenta yang mumpuni, namun jika dia tidak pernah
berorientasi dalam organisasi, maka kematangan akan talenta hanya akan
berakhir dengan sikap “mampu menilai tetapi tidak sanggup berbuat” dalam
terminolgi melayu Deli orang seperti ini disebut dengan “Uak Labu”.
18
Mei 2013, Anda yang sampai ke garis finist dari perencanaan, pertemuan,
perdebatan dan kekosongan makna telah melahirkan semangat baru,
orientasi baru dan kesejatian personal yang terukur dengan sikap dan
nilai akhir. Penulis sangat sependapat dengan teori Hegelian dalam
dialektika, dimana semua manusia akan tersisih oleh proses, ketika tidak
mampu mengikuti arus gerak pro dan kontra, kesungguhan dan tidak
memiliki konstruksi dan sistematika berfikir yang idiologis.
Beberapa
hari yang lalu penulis membaca sebuah artikel yang sangat “garing”
menarik dan sangat kontekstual. Dalam tulisan tersebut berpendapat
bahwa, berfikir linier itu penting dan dasar dalam segala hal, tetapi
dalam pelaksanaan sering sekali harus menggunakan metode non linier
untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Tentu saja hal seperti ini
dibutuhkan kretifitas dalam menggali potensi proses dan sistematika dan
harus beradaptasi dengan kondisi materil sebuah perencanaan. Penulis
tidak sedang menggurui seluruh teman-teman yang tergabung dalam proyek 2
bulan tersebut, tetapi penulis ingin menyampaikan sebuah apresiasi yang
sangat penting atas keuletan, militansi dan perpaduan antara ide dan
kinerja (kesepadanan antara teori dan praktek) dari beberapa personal
yang termanifestasi dalam bentuk seminar dan pentas seni Universitas
Timbul Nusantara, Jakarta.
Untuk teman-teman yang telah
berhasil mengkoneksikan segala keterbatasan dengan kretaifitas,
alternative solusi, motivasi hingga realisasi, patut sekali penulis
ucapkan terima kasih. Untuk teman-teman yang telah berhasil melakukan
penggalangan kolektiv atas pendanaan, pantas pula penulis sampaikan
bahwa kita sedang berada dalam lingkungan keluarga yang sangat
merindukan kebersamaan serta independensi mutual bukan emosional.
Untuk
teman-teman yang hilang ditengah jalan, semoga pembelajaran yang
singkat menjadi modal buat anda kapan dan dimanpun dalam
mengaktualisasikan diri, dan penulis secara pribadi mengucapkan terima
kasih yang istimewa atas sikap teman-teman mundur dari perjuangan dalam
mewujudkan ide besar di lingkungan fesimisme yang akut saat ini.
Dengan
sikap yang tidak konsisten itu, telah mendidik penulis untuk memahami
personal-personal secara gamblang siapa anda sebenarnya, teman yang
“diharapkan atau yang diharamkan.” Berharap semoga anda tidak
mengulanginya lagi di lain waktu meski dengan orang yang berbeda, sebab
kualitas diri tidak ditentukan oleh persona, tetapi bagaimana sikap dan
pendirian kita dalam menghadapai tantangan dengan penuh optimisme,
walaupun disekitarnya telah tumbuh subur skeptisme.
Penulis
ingin memberikan sebuah gambaran yang sangat hakiki untuk kita semua,
khusunya yang mundur secara terang-terangan, maupun yang mundur tanpa
ketahuan bagai “kentut dikeramaian.” Mari menyimak sisi intelektualitas
Descartes, seorang filsuf modern ternama dari Perancis menyatakan “Cogito Ergo Sum”
Artinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Filosofi ini merupakan
gambaran untuh atas keistimewaan manusia yang membedakannya dengan
binatang, meski sama persis jika berada dalam urusan ranjang.
Walaupun
demikian, berfikir tanpa bertindak manusia belumlah lengkap, belum pula
menjadi ukuran bahwa kodrati manusia telah dimiliki oleh seseorang. Karl
Marx telah melengkapi dan memperkokoh sisi fundamental dari mahluk
bernama manusia, dalam gagasan filosofisnya, Marx menawarkan lewat
filsafat Materialisme. Yakni materi sajalah menurut Marx yang nyata,
maka marx berpendapat bahwa “Di dalam hidup kemasyarakatan satu-satunya
yang nyata adalah masyarakat yang bekerja (materil). Pernyataan Karl
Marx tersebut penulis interpretasikan bahwa ; “karena dalam bekerja kita
pasti mencoba untuk berhasil (wujud atau manifestasi atas ide dan ide
merupakan buah pikir manusia).”
Keteguhan ini pualah yang di pesankan
oleh Buya Hamka “tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah
untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita belajar membangun
kesempatan untuk berhasil”. Untuk itu penulis ingin bertanya, apakah
yang kita pikirkan, kerjakan dan coba itu telah berhasil ? pertanyaan ni
silahkan kita jawab bersama dengan beragam prespektif dan terminology
yang kita masing-masing miliki.
Dipenghujung apresiasi
ini, penulis ingin menyampaikan sebagai bentuk ketertarikan penulis
sekaligus sebagai dasar fislosofis Senat kedepan, penting sekali kita
menyimak apa yang telah disampikan oleh Opung Pramudya Ananta Toer
"Bagaimanapun masih baik dan masih beruntung pemimpin yang dilupakan
oleh pengikut dari pada seorang penipu yang jadi pemimpin yang berhasil
mendapat banyak pengikut "(Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca, hal 443).
Artinya kita ingin sekali membentuk sebuah metodologi pembenahan dan
kaderisai pemimpin kedepan, apakah itu lewat kursus-kursus kepemimpinan,
diklat-diklat keorganisasian, maupun kegitan-kegitan yang dapat
memperkokoh metodologi berfikir kita kedepan.
Sekali lagi
penulis mohon maaf atas apresiasi ini, sebab penulis sadar bahwa
bukanlah penulis yang memilki otoritas tunggal dalam memberikan
apresiasi maupun kritik dalam seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan.
Tetapi penting untuk mengutarakan pendapat sebagai input untuk
peningkatan proses hukum dialektika sejarah kampus ini kedepan, karena
menurut penulis tidak satupun proses dalam bermasyarakat yang luput dari
kontradiksi dengan hukum-hukum dialetisnya, dimana salah satu hukumnya
adalah kuantitas menuju kualitas.
Special terima kasih
buat seluruh teman-teman yang mau belajar untuk mencoba menuju
keberhasilan, untuk kawan Andre bersama Elvira Intan, kalian telah
menemptakan kasih saying dan pengertian mutual dalam kinerja yang
terukur, hingga larut menutup ubun-ubun tetap setia mendiskusikan
persoalan dan solusi perencanaan kegiatan.
Untuk Ketua Senat Bung Dody
Hermawan, yang dengan sabar dan sungguh-sungguh terus belajar maupaun
bertanya walau dalam tekanan senioritas yang kadang tidak toleran, itu
sungguh sebuah pembelajaran yang amat berharga, yang tidak bung temukan
di dalam sekat-sekat ruang kuliah.
Untuk Lulu Andrayani, meski belum
berpengalaman, tentu saja uapaya yang kamu lakukan adalah stimulus untuk
yang lain, teruslah belajar dan jangan pernah merasa salah, semua
proses harus dimulai dari nol.
Dinda Amson Nainggolan yang telah mampu
membangkitkan kembali semangat yang hampir patah setelah muncul friksi
peniadaan seminar, ente telah mendorong kreatifitas berfikir penulis
bersama teman-teman yang lain untuk mencari solusi di waktu yang
singkat.
Untuk Brada Randika OTF, thanks atas dedikasi masbro dalam
memanagement pensi hingga usai dengan suguhan bintang tamu kedua dari
yang terakhir, performance yang sedikit metal itu telah membawa penulis
kembali sekejab ke 10 tahun yang lalu, sungguh luar biasa membangkitkan
naluri penikmatan seni yang indah di sore itu.
Untuk Angela Eveline,
kali kedua penulis melihat kemampuan dan kesabaran kamu dalam mengatur
keuangan kegiatan, pertanda talenta dan rencana-rencana kegiatan besar
kedepan masih berharap pada kemampuanmu, kesungguhan yang lahir dari
niat baik kamu telah mengantarkan program kita pada keberhasilan yang
kedua, meskipun sesi wawancara beberapa bulan yang lalau telah
menempatkan sikapmu dalam mengambil peran di kampus tercinta, nyatanya
kamu tetap berbuat baik dengan segala kemampuan yang mumpuni.
Untuk
Nathanael, desain kadang-kadang tidak mewakili generalisme setiap
manusia, maka jangan pernah kecewa jika beberapa desain yang kamu buat
belum bisa diwujudkan oleh kita semua, tetapi kontribusimu dalam setiap
pertemuan pertanda you memang punya bakat untuk menginispirasi
teman-teman kedepan.
Mohon maaf untuk seluruh teman-teman panitia yang
tidak penulis sebutkan satu persatu, kita semua adalah tim kecil menuju
kebesaran yang solid, anda semua adalah inspirasi penulis dimasa yang
akan datang, dan mungkin juga “menjadi perekat bagi penulis agar terus
bertahan dan beraktivitas dengan segala problem dan progresifitasnya di
kampus ini.” Pesan penulis tetaplah menjadi pelaku sejarah, bukan hanya
penikmat cerita masa lalu yang kadang belum tentu kebenarannya, dengan
berperan dalam kegiatan-kegitan kedepan, maka anda telah berhasil keluar
dari lingkungan fesimisme yang kerdil.
Sebagi penutup
apresiasi dan terima kasih penulis, khusus buat teman-teman Steering
Committee (SC) , pertama kepada senior penulis Bapak Ir. Donald
Sitompul, bapak telah mengajari penulis untuk bertahan dalam lingkaran
ide di negeri “republic one man show”, sungguh sebuah keberuntungan
dimana anak teknik bertemu dalam satu cita-cita yang kadang membutuhkan
banyak pengalaman social, politik maupun sosiologis, tetapi penulis
percaya bahwa meskipun alumni ITB pastilah memliki kemampuan luar bisa
dalam konteks lain, sebab pengalaman 3 minggu di Ganesha 10 bersama
aktivis-aktivis LKPD dikala mahasiswa dulu, telah membantu penulis untuk
memahami karakter berfikir alumni-alumni kampus teknik tersebut. Selama
proses duduk kongkow-kongkow dan bercerita hingga mengawal seluruh
rangkaian pertemuan yang melelahkan, Bapak telah menginsiprasi penulis
untuk bersabar dan terus berupaya melakukan yang terbaik.
Untuk Kawan
Reimond, SE, MM meski tidak banyak waktu dalam pertemuan formal, tetapi
tanggung jawab serta langkah-langkah yang kamu tawarkan telah mencapai
proses mutual yang baru untuk kita bangun kedepan, banyak cara untuk
berdiplomasi, banyak cara untuk bernegoisasi, satu kisah yang tidak
terlupakan menjelang ½ hari pelaksanaan kegiatan, ternyata pengalaman
penulis di Kelompok Studi dan NGO beberapa tahun yang lalu begitu
bermakna saat itu. Negoisasi tidaklah lepas dari Agitasi-propagandis,
infiltrasi, hegemoni hingga intervensi cara halus, tetapi semua itu
dasarnya hanyalah urusan “lidah dan ludah.” Hehehehe
Untuk
saudara Ferry Firmansayah, S.Pd, MM, karakter motivator yang saudara
lakukan telah mengantarkan kita pada berfikir linier-nonlinier
procedure, meski kadang menjerat kita dalam sikap dependensi OC terhadap
SC, tetapi semua itu telah melahirkan semangat dan kretivitas edukasi
bagi kita semua, khusus untuk doa penutupnya, terima kasih telah meminta
agar yang maha kuasa membukakan hati orang-orang yang masih tertutup.
Terakhir,
penulis ingin menyampaikan belasungkawa sekaligus terima kasih kepada
ide-ide dan sikap-sikap yang berupaya menggagalkan acara dengan bermacam
modus, perbuatan anda telah menempatkan keteguhan sikap kami untuk
mewudukan cita-cita yang baik, dan semua itu berkat izin dari Allah
untuk orang-orang yang berniat baik, mestilah ini bukan pencapaian yang
terakhir. Ini pulalah bukti bahwa tidak seorangpun yang mampu
mengalahkan semangat yang lahir dari kesadaran, semoga kita semua sadar
akan keburukan dan kekurangan yang terjadi selama ini, agar kita mampu
berfikir jernih dan menempatkan kerendahan hati sebagai dasar dalam
bersahabat dan berbuat.
Hasta La Victoria Siempre..! Viva La Timbul Nusantara Universita..!
Post a Comment