HARAPAN DARI RAKERNAS PDIP

30 Agustus 2013 pukul 13:05
Topik berita dan ulasan tentang calon presiden 2014 terus bergulir. Media online, facebook dan diskusi-diskusi milist setiap hari mengulas tentang situasi politik menjelang perhelatan nasional tersebut. Salah satu yang paling banyak dibicarakan dan diperdebatkan adalah sosok dan kehadiran Jokowi sebagai capres alternative 2014.


Dalam konteks ini, Jokowi menjadi sosok yang sangat sering menjadi pembahasan, meskipun ada calon-calon dan partai-partai lain yang berusaha untuk menunjukkan pentingnya mereka dan kelompoknya masuk dalam perhatian publik. Berbagai kelompok masyarakat memberikan ulasan, kritik bahkan berusaha untuk membuat kegaduhan politik dalam diri dan partai politik tempat Jokowi bernaung.

Jika diperhatikan, topik dan arah perdebatan sepertinya mengarah pada tiga segmen analisis kekinian. Ketiga segmen tersebut adalah: Pertama, hubungan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta dan harapan pada pemilu 2014; Kedua, posisi Jokowi sebagai kader partai dengan lingkaran elit PDIP ataupun keluarga Megawati Soekarno Putri; Ketiga, Jokowi dan harapan luas rakyat terhadap kepemimpinan nasional 2014.

Harus diakui, berbagai lembaga survey menempatkan nama Jokowi sebagai calon presiden yang paling diinginkan oleh rakyat. Tetapi kelihatannya ramainya pembicaraan dan riak-riak politik ini sangat berbeda jauh dengan kondisi dalam diri Jokowi sebagai pribadi dan PDIP secara kepartaian. Meskipun banyak kelompok telah membangun barisan relawan untuk mendukung Jokowi sebgai calon presiden 2014, tetapi sikap Jokowi kelihatannnya sangat datar dan tidak terpengaruh oleh kondisi yang selalu membahas nama dan gaya kepemimpinannya.

Disisi lain, PDIP kelihatannya memperlihatkan sikap yang sama, tidak terlihat partai pimpinan Megawati Soekarno Putri ini terbawa oleh arus politik yang terus didesak oleh berbagai pengamat dan relawan agar segera menentukan Jokowi sebagai calon presiden 2014. Tidak terlihat satu orangpun dari elit PDIP maupaun sayap partai yang secara gamblang membuka pembicaraan tentang pencapresan dihadapan publik. Sekalipun banyak analisis yang menyebutkan pentingnya PDIP mengumumkan Jokowi sebagai calon Presiden 2014, sebagai magnet dalam pemenangan pemilihan legislatif April 2014 mendatang.

Sekilas sikap PDIP memperlihatkan dua hal penting sebagai indikator situasi partai saat ini. Pertama, memperlihatkan kesolidtan dan kehati-hatian PDIP dalam membangun sikap politik pasca berpulangnya Almarhum Taufiq Kiemas. Kedua, komitmen PDIP untuk menjaga keleluasaan dan konsentrasi Jokowi dalam menjalankan tugasnya sebgai gubernur dalam membenahi DKI Jakarta.

Dalam waktu dekat PDIP akan menggelar Rakernas, tepatnya 06-08 September 2013. Momentum ini menjadi menarik karena akan menimbulkan spekulasi dan prediksi-prediksi berbagai pihak terkait sikap PDIP dalam menghadapi Pemilu 2014. Salah satu yang paling ditunggu dan diharapkan, baik pengamat politik, lawan politik maupaun relawan Jokowi adalah pengumuman calon presiden yang akan diusung oleh PDIP pada Pemilu 2014.

Dengan adanya pengumuman tersebut partai-partai rival maupun yang akan berkoalisi bisa segera mungkin mengatur strategi, apakah akan bersaing atau berkoalisi dengan PDIP. Kelihatannya tahun ini menjadi tahun politik bagi PDIP, disamping hadirnya sosok Jokowi yang sangat popular, PDIP juga menjadi faktor penentu untuk partai-partai lain.

Pengumuman tersebut juga sangat penting bagi relawan Jokowi, yang jauh hari sebelum Rakernas sudah bergerak cepat mensosialisasikan dan menstrukturisasi barisan relawan yang siap memenangkan Jokowi sebagai Capres pilihan rakyat. Tentu saja salah satu target utama para relawan adalah mendesak PDIP agar secepatnya menunjuk Jokowi sebagai calon Presiden dari PDIP.

Meskipun desakan relawan Jokowi kian hari kian bergema, serta analisa pengamat politik dan komentar tokoh-tokoh nasional agar Jokowi menjadi calaon presiden, PDIP tentu saja berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan mekanisme organisasi yang berlaku dalam partai. Salah satau mekanisme partai yang ada dalam tubuh PDIP adalah Rapat Kerja Nasioanal, dimana rapat ini bertujuan untuk memutuskan kebijakan-kebijakan partai tingkat nasional. Oleh sebab itu Rakernas bisa jadi momentum untuk memutuskan siapa calon presiden yang akan diputuskan oleh PDIP untuk Pemilu 2014. Tetapi kemungkinan lain, PDIP tidak memutuskan siapa calon presiden dari PDIP sebelum proses pemilihan calon legislative selesai.

Sebagai relawan Jokowi, saya berharap sebaiknya Rakernas Ancol jangan terburu-buru memutuskan siapa calon yang akan ditunjuk oleh PDIP sebagai capres 2014, apalagi menunjuk dan mengumumkan Jokowi sebagai calon presiden pada Rakernas 06-08 September 2013 mendatang. Jika hal tersebut terjadi, maka peluang partai-partai lain pasca Rakernas Ancol, khususnya partai berkuasa untuk menyerang calon presiden dari PDIP akan sangat terbuka.

Situasi PDIP sebagai harapan dan yang saat ini paling ditunggu untuk menentukan kebijakan terkait pencapresan pada 2014 perlu dipertahankan, tentu saja tujuannya agar semakin mengkristalisasi dukungan publik terhadap Jokowi juga PDIP.

Kemudian yang tidak kalah penting untuk diperhatikan, jika PDIP memutuskan Jokowi sebagai calon presiden 2014 pada Rakernas Ancol mendatang, posisi Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta akan terus dipersoalkan oleh lawan politik yang berusaha untuk menggerus popularitas Jokowi. Dengan kata lain, status Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta dan calon presiden akan sangat sulit untuk dipisahkan, dan sangat mudah pula untuk menyerang setiap langkah-langkah yang akan dia kerjakan.

Bisa diprediksi, jika Jokowi bekerja kapasitasnya sebagai gubernur DKI Jakarta dan statusnya sebagai capres 2014, semua opini akan mengarah dan diarahkan bahwa apa yang dia kerjakan semata-mata untuk pecitraan. Tentu saja pencitraan dalam meraih dukungan public terhadap pencalonannya dalam pemilihan presiden 2014. Jika pandangan ini sampai terjadi, maka sangat berbahaya dan sangat berpengaruh terhadap sukses tidaknya pencapresan Jokowi 2014. Sebab penilaian public saat ini terkait masalah pencitraan menjadi hal-hal yang berbau kemunafikan. Persepsi publik tersebut merupakan ekses dari banyaknya pejabat yang melakukan pecitraan justru yang terjadi malah sebaliknya.

Kepercayaan publik akan kinerja dan ketulusan Jokowi dalam melayani rakyat harus dipertahankan hingga momentum pengumumannya sebagai capres sudah tepat. Ketepatan penentuan keputusan ini tentu saja bergantung pada kalkulasi dukungan terhadap Jokowi secara nyata. Oleh sebab itu, sebaiknya energy gerakan yang ingin mendesak Rakernas Ancol agar menghasilkan dan mungumumkan keputusan calon presiden yang akan diusung PDIP digunakan untuk memperluas jaringan relawan Jokowi dan dukungan ke daerah hingga ketingkat desa.

Harapan lain, yang tentu saja memiliki arti yang sangat penting dalam memenangkan pertarungan pada Pemilu 2014 adalah agar para peserta Rakernas sudah mulai bersiap-siap menerima dan menjadikan suara massa, terutama diluar partai menjadi salah satu dasar dalam mengambil kebijakan partai secara idiologis. Salah satunya, para peserta Rakernas harus mampu menunjukkan analsis dan laporan perkembangan politik di tingkat daerah sebagai rujukan dalam penentukan kebijkan politik PDIP secara nasional. Termasuk peluang, taktik dan strategi dalam memenagkan Jokowi sebagai Capres dalam Pemilu 2014.

Sepuluh tahun menjadi oposisi diharapkan jangan berkesan hanya merupakan akibat kekalahan dalam perebutan kekuasaan. Tentu saja dasar menjadi oposisi harus terlihat faktor-faktor idiologis dalam mengelola bangsa ini selama kepemimpinan rezim berkuasa. Hal-hal seperti inilah yang sangat penting dipertajam dalam rapat yang akan dihadiri para pimpinan partai pada Rakernas Ancol, agar ada kesamaan program politik yang dapat ditawarkan kepada rakyat pada saat pemilu legislative 2014 mendatang. 

Jakarta 30 Agustus 2013
 
Juson J. Simbolon

Tidak ada komentar