REALITAS PASCA IDUL FITRI, KITA MAU KEMANA ?

13 Agustus 2013 pukul 15:28

Masih disini, dalam cita-cita yang hampir membara, kita tidak saja lugu, tolol, tetapi kita telah mati dalam rasa yang mengerikan, membiarkan kesalahan menjadi kewajaran, menerima ketidak adilan jadi kebiasaan, membungkus kemunafikan dengan kerja keras yang dungu, menggerutu seolah tiada lagi jalan keluar. Sahabatku, aku telah memaafkan segala yang terjadi dalam moment Idul Fitri yang indah, telah pula kita menikmati bagian hidup yang tidak saja cukup, tetapi penuh bahagia ?

Saya menyambutmu disini, dalam gagasan baru setelah surat penuh harapan itu tercabik-cabik, tak berarti dalam tong sampah berserakan, ini bukanlah provokasi, bukan pula agitasi, tetapi hanya sepucuk surat untuk para sarjana, yang telah banyak menggunakan rasionalitas dalam segala tindakan. Jika esok kita datang dengan makna, mungkin tuan ujur akan berujar, cukup, cukup hanya disini, dalam kubangan kesendirian yang telah lama menghisap kaum pekerja, mungkin juga pergolakan akan tiba saatnya, menenggelamkan segala kemunafikan, memusnahkan segala budaya palsu, arogansi dan kesombongan yang tiada akhir.

Mungkin saja mentari di gelapnya kehidupan, pertanda segala persolan akan usai, kita tidak menabur benih permusuhan kawan, kita hanya ingin berdiri tegak diantara aturan yang goyah, kita ingin bersuara tegas diantara gerutuan yang tidak akan pernah menjadi harapan, kita ingin berbicara didepan yang tidak akan memunculkan gosib. Berdirilah, bangkitlah, mari gunakan akal pikiran dan rasionalitas, bersatulah dalam cita-cita dan cinta, niscaya perjuangan akan tiba dalam kemenangan.!

Hasta La Victoria Siempre..!

Jakarta, 12 Agustus 2013

Juson J. Simbolon

Tidak ada komentar