SAJAK BELUM BERAKHIR

18 April 2013 pukul 17:36

Tadi saya telah mendengar namamu, di lorong sempit gedung berlantai empat, tepat pukul 09.00, suara itu seolah memanggil kita agar secepat kilat melangkah menghadap punch absensi kelas pekerja. 

Namun tidak untuk sore ini, semangat untuk pulang di tengah gelombang badai menakutkan telah sirnah oleh hitam pekatnya deraian air hujan, membasahi bening kaca jendela di lantai dua yang kusam, tempat untuk menatap jauh jemputan di pertigaan yang lampau. 

Sungguh itu pertanda kita akan menangis tersedu-sedu, menahan rasa rindu di balik kebosanan atas pragmatisme kehidupan, dibalik harapan yang padam dimakan senja,di balik impian yang menerawang dibalik khayalan yang tidak berujung.

mungkinkah esok akan ada sisi yang kosong ? sisi yang mungkin diisi oleh hari penuh canda,tanpa emosi dan kemarahan yang tak berguna, atau mungkinkah friday i'm love akan nyaring terdengar dari suara-suara khas penuh ke intiman..? atau segalanya akan berujung dibalik sajak yang belum berakhir..?

itu tanyalah, tanya kepada mereka yang sudah menunggu di lingkaran waktu yang paling absurd, di lingkaran hitungan hari-hari yang menjemukan, tapi tidak untuk sore ini, pertanda esok akan datang telah tiba, seiring tenggelam nya mentari menepati janjinya di ujung barat. dan esok akan bersambung sajak-sajak indah di tengah damai nya hati dan persahabatan, semoga esok datang pengertian dan kejernihan berfikir tanpa mengundang rasa kebencian, karena disana ada rasa rindu yang tidak dimiliki, dan tidak diwakili oleh orang-orang yang tidak hadir dalam ketegaran..!! dan untuk sore ini sepucuk ikrar akan saya tulis dan hayati bahwa, dan ikrar itu "tentulah sajak ini belum berakhir sobat"..!!

karena itu belum berahkir, sekalipun beritanya senyap, bergoyang bagai air hujan di daun talas, bening, indah namun tak bisa diam dengan tenang, tak bisa pula kokoh dalam satu pendirian, karena di sanalah embun pagi menjadi titik-titik bening yang mengkristal, seindah mutiara berkilau di terpa sinar, namun jika ia jatuh ke tanah, semua akan sirnah tanpa bekas, tanpa goresan, selamanya ia telah hilang, hilang bersama keabadian alam.

tentulah sajak ini belum berakhir, belum pula terencana berakhir, dan tidak terbayang akan berakhir, sama seperti yang lain, terus melangkah dalam alam sadar, bersama dalam sisi yang berbeda, tidaklah pula yang lain, lupa akan hidup yang penuh arti, tidaklah pula mereka menghilang, menghilang bersama sesak emosi jiwanya yang lugas, walau sesekali aku berujar, eh kalian sohib manisku perlu kalian tahu "i'm still same Juson"..!! dengan jawaban senyum sendirian bagai orang kurang wajar.

tentu saja aku menyapa kalian di kalender malam, menertawakan segala urusan kemanusiaan, yang kadang hanya berakhir di tengah selangkangan, oh tentu itu tidak baik, tidak baik bagi pengagum Tuhan yang buta, pemilik identitas theoisme turun-temurun yang abstrak, namun kita harus sadar, harus pula saya terus belajar dan bertanya pada diri sendiri yang akan pasti diam.."bahwa hidup hanya untuk urusan pria dan wanita..? atau hidup hanya untuk urusan kawin dalam formalisme etnisitas..? tentu tidaklah begitu, menyapa yang lain dengan goresan, mungkin akan mengingatkan mereka pada jiwa-jiwa yang bebas dan merdeka di dalam sanubari yang telah selesai.

karena ini belumlah berakhir, seperti gerak sejarah peradaban yang telah usang, karena ini belumlah berakhir maka dialektika ini akan terus saya jalankan, ditengah semangat yang pasti telah lelah menempuh hidup di jalanan, cinta di jalanan dan cita-cita di jalanan..!! dan seperti biasanya, saya tidak akan percaya dengan perasaan, subjektifitas dan resistensi diri yang kabur...belum juga berakhir !!

Tidak ada komentar