UNTUK NYOYA MUDA DAN SITUAN UZUR
Melingkar indah di petang kirana
Untukmu situan dan nyoya
Tuan uzur di kelam jiwamu yang pongah
Untukmu si nyoya muda, yang mati rasa di telan situan gagah.
Kulit keriput menempel di pelipis matamu
Setia menemani dimimpi-mimpi siangmu
Oh tuan uzur yang telah kedaluarsa
Kapankah engkau meninggalkan nama..?
Disaat aku milihat betapa rapuh jiwamu
Rapuh hidupmu, rapuh dan rapuh diantara ke egoanmu
Engkau kah tuan seorang professor dari utara itu
Engkau kah tuan yang ramah dalam kebenaran palsu itu
Tapi mungkin saja,
Mungkin saja engkau telah mati, mati dibakar obsesi Tuhanmu
Tuhan rupiah yang membayangi kematianmu kelak.
Ohhh..ingat tuan, bukankah engkau hidup diantara meriah pesta kegilaan
Bukankah engkau berada dalam genggam detik-detik nafas keuzuran..
Tapi tidaklah, tidaklah aku perduli dengan nisan kematianmu
Tidakpula aku perduli dengan liang lahatmu..
Hanya berharap, engkau lapuk dimakan senja petang nanti
Karena, tuan telah rampas segalanya dengan kemunafikan yang dalam
Biarlah engkau tetap disana,
Di selokan bau yang telah mengerogoti otak dan hidupmu,
Sebelum tiba saatnya jantungmu berhenti dan menyesalinya..!
Telah dua pekan berlalu,
Kita tidak menembus cakrawala kegirangan
Telah pula satu bulan berlalu, mendengar pedih jiwamu yang kronis
Telah pula kudengar bisik hati dan pikiranmu yang hilang
Hilang bersama dominasi setengah duda itu di kegelapan malam
Tapi biarlah, biarkan segalanya berlalu
Berlalu bagai sungai menuju ketenangan,
Ketenagan lautan yang kadang begemuruh
Gemuruh ombak penuh kemarahan,
Memecah karang dikala badai telah datang..
Biarkanlah, biarkanlah dia berlalu..
Berlalu meninggalkan kesenangan..
Dan biarkanlah, biarkalahlah si nyoya muda itu pergi
Pergi bersama kekasihnya yang amat ia takuti
Karena ku tahu, sepertinya tawa canda,
Kegirangan dan pesta pora tidaklah sesuatu yang indah untuk dilakukan..
Disaat yang lain tengah terpaksa, terpaksa meninggalkan kekasihnya,
Yang saban hari telah mengisi jiwanya yang kosong..
Biarkalah dia pergi, meninggalkan sahabatnya
Biarkanlah, biarkan dia menari
Diatas pusat yang mengikat penjara jiwa dalam hidupnya
Biarkanlah, dan biarkanlah dia bepergian..
Dengan kebohongan yang telah melelahkan jiwa kita
Dan biarkanlah, pojok indah itu di lalap saban hari,
Oleh orang-orang terintimidasi beberap bulan yang lalu
Tetapi, sungguhkah kita biarkan tawa selepas lelah itu hilang..?
Dan biarkanlah, biarkan kejujuran hadir ditengah keterbatasan.
Dan jangan biarkan, sinyoya muda itu menggantikan tuan uzur,
Mengantianya di segala tindak-tanduk hidupnya yang kacau.
Dan jangan pula biarkan, si nyoya muda itu terus ketakukan tidak kepalang,
Wajah pucat gemetaran,
Oleh tatapan dan hardikan kekasihnya di pertigaan awal minggu kemarin.
Betapun itu tidak wajar kawan,
Tetapi cinta tetaplah masalah..
Masalah kesempatan dan selangkangan..
Cinta tetaplah masalah, masalah dominasi, protektif yang kian hari kian meradang..
Kutahu kau telah korban, korban oleh sikap dan jatidirimu yang hilang,
Hilang bersama kenangan, yang tidak mungkin kembali walau saat tenang.
Persahabatan..? yah tetaplah persahabatan.
Walau telah banyak tertelan..
Ditelan oleh dalamnya kekecewaan..
Kesenangan, tetaplah kesenangan diantara kejujuran
Kejujuran atas kenyataan..
Yang akan hadir bersama indah pelangi menjelang hujan, dipetang-petang mendatang..!
Jakarta, 05 Desember 2012
Juson Ali’eha
Post a Comment