SUDAH FINAL JENDERAL
Sudah final Jenderal, paling tidak itulah kalimat singkat dan tepat untuk menyelesaikan semua perdebatan, ambisi anda, ambisi dan syahwat politik pendukung anda dalam meraih kekuasaan lewat pemilu tahun 2014 ini.
Tidak luput pula saya akan menanamkan dalam diri saya, bahwa sudah
cukup Jenderal, api keangkuhan, kesombongan dan fitnah berlebihan yang telah
anda dan pendukung anda sampaikan secara terbuka di hadapan rakyat banyak. Semua
proses dan cara-cara anda bersama pendukung anda dalam meraih kekuasaan telah
menjadi sejarah kelam demokrasi kita, semoga di tahun-tahun yang akan datang,
cara-cara picik seperti ini tidak ter ulang dan tidak ada ruang sedikit pun di
republik ini, agar politik dan demokrasi kita semakin matang dan rasional.
Selama berbulan-bulan pula, sikap anda beserta pendukung telah melukai
kebeningan hati rakyat Indonesia, yang berdiam di setiap jengkal tanah ibu
pertiwi. Jika anda sadar, banyak rasa sakit hati yang muncul tiba-tiba tanpa
komando, hadir di tengah-tengah diri setiap orang di republik ini. Hati yang
terluka akibat pernyataan-pernyataan anda dan pendukung anda dalam berbagai
kesempatan. Upaya gesekan-gesekan atas nama SARA, yang membuat rakyat semakin
terpolarisai, akibat kehendak dan syahwat politik anda, juga pendukung anda
yang “membabi buta.”
Berderet pimpinan partai berma salah, pencuri uang rakyat, pemilik
kasus yang menyengsarakan rakyat, pencuri dana haji, dana alquran, pengemplang
pajak, bahkan pasukan perusak rumah ibadah atas nama kebenaran agamanya sendiri,
berdiri hampir 1 bulan lamanya belakang anda, mestinya Jenderal sadar bahwa
mereka-mereka itu sangat tidak disukai oleh kebanyakan rakyat Indonesia.
Dengan semua sistem komando partai dan organisasi yang mereka miliki, mencoba
memaksakan kehendak dengan uniform jubah putih, peci terhormat dan
topeng-topeng kemunafikan. Meneriakkan yel-yel kampanye hitam, menyesatkan, menyatakan
dengan sujud syukur kemenangan palsu, bahkan menimbulkan konflik terbuka di
media-media publik. Maka untuk semua pasukan “garong” itu, pada tanggal
bersejarah ini, tepatnya 22 Juli 2014, kami sampaikan dengan hati yang lega, “sudahlah,
sudah cukup Jenderal!
Mestinya Jenderal sadar, bahwa Tuhan tidak berpihak kepada keangkuhan,
kemunafikan dan kesombongan yang merendahkan ciptaanNya, seperti apa yang kubu
Jenderal lakukan selama ini. Jangankan Tuhan, rakyat saja “ogah” berpihak pada
semua itu.
Mengenang beberapa bulan selama proses kampanye, seperti darah anda Jenderal,
darah yang konon katanya memiliki kaitan penculikan dan pembunuhan warga
sendiri, anda juga dikelilingi organisasi sadis premanisme sebagai pasukan
milisi. Untuk mereka-mereka ini, kami juga “nyatakan” sudah cukup atas semua
pasukan berloreng preman dengan kedok Organisasi Kepemudaan, Organisasi
Kedaerahan, Organisasi Keagamaan yang selama ini mendorong anda ke singgasana
kekuasaan.
Selama kampanye, hingga pemilu 9 Juli 2014 lalu, kami sungguh kawatir
mereka ini akan tumbuh subur dan makin “menggila” jika anda terpilih dan meraih kekuasaan, sebab mereka turut andil dalam merebut kekuasaan itu.
Tapi kekhawatiran kami sudah berakhir Jenderal, ternyata rakyat juga
sudah cukup dibuat cemas oleh ormas-ormas berwatak premanisme yang selama ini meresahkan.
Sebagai bentuk ketidak sukaan rakyat terhadap organisasi preman ini pula,
membuat rakyat memilih untuk tidak memilih calon yang didukung dan dielu-elukan
oleh gerombolan premanisme itu.
Menjelang 22 Juli 2014, banyak desah-desuh merasuki pikiran rakyat, penyataan
perang-perangan yang anda gelorakan, pernyataan menduduki lembaga penyelenggara
pemilu yang anda percikkan, itu semua telah menempatkan Jenderal jadi tudingan banyak
pihak, bahwa anda Jenderal anak mami, yang tidak pernah siap menerima
kekalahan.
Banyak pula “berseliweran” isu tentang kerusuhan yang akan terjadi,
jika anda ternyata tindak terpilih, penyataan para wakil tim sukses anda yang
melecehkan banyak kalangan, termasuk Ilmu Pengetahuan dengan menuding lembaga
Quick Count sebagai metode penelitian berdasarkan bayaran. Untuk semua itu, kami
tegaskan kembali sudah final Jenderal! Tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan.
Cukuplah sudah Jenderal! Tidak usah lagi bebani pikiran kami dengan
upaya-upaya menghentikan proses rekapitulasi suara, Pemilu ulang, pendudukan
kantor Penyelenggara Pemilu. Sebab hidup kami tidak hanya berfikir untuk Pemilu,
untuk berita-berita politik dengan semua akrobat kecurangan-nya, yang kadang
tidak objektif serta menyulut emosi. Maka sudahlah, sudah cukup semua
upaya-upaya kasar itu, itu tidak akan pernah bisa membantu anda untuk berkuasa.
Yang akan terjadi justru sebaliknya, semua upaya itu akan semakin menempatkan
Jenderal pada penilaian di titik terendah oleh rakyat Indonesia.
Saat ini, kami hanya ingin mendengar siapa Presiden kita berikutnya.
Setelah itu hidup kita akan normal kembali, dan memikirkan hal-hal terpenting dalam
hidup, seperti berfikir untuk Mudik Idul Fitri, berfikir tentang THR, Silaturahmi
dengan sesama, membangun kembali semua jalinan dan relasi sosial yang hampir
putus sejak Pemilu digelar.
Kami tidak inginkan lagi hanya berita-berita seputar politik dan
pemilu saat lihat televisi dan media massa lainnya, kami ingin berita jalur
mudik yang aman, jalur mudik yang terorganisir dan banyak hal yang
membahagiakan dalam hidup kami.
Untuk yang terakhir, cukuplah sudah Jenderal, mari kita berhenti pada
kesimpulan, bahwa Tuhan tidak berkehendak anda menjadi Presiden. Maka
hentikan semua manuver-manuver murahan itu, semua itu tidak akan membantu
anda dan para pendukung anda menuju ambisi kekuasaan.
Jika selama ini, niat Jenderal mencalonkan diri menjadi presiden untuk
membangun negeri ini, maka dengan menerima kehendak rakyat atas hasil Pemilu 2014
adalah salah satu upaya membangun negeri ini juga tentunya.
Untuk itu sekali lagi “Sudah Final Jenderal!”
Jakarta, 22 Juli 2014
Juson J. Simbolon, ST
Post a Comment