JAKARTA MAINKAN DRAMA : BURUNG BANGKAI DOYAN BANGKAI

Tak perlu aksi-aksi bersenjata, atau ledakan bom panci seperti biasanya, sontak seantero negeri geger dibuatnya. Berlabel kata-kata Komunis, PKI, Gayang dan aneka intimidasi dan labelisasi lainya. Malam tanpa rembulan bahkan tanpa bintang, tentu saja tanpa pertanyaan dimana sang Bintang Jederal Tua berada.

Tepat di pusat Ibu Kota. Negeri perang bersenjata seolah sudah dimulai sebelum subuh tiba. Apa yang terjadi Pak Tua ? tanya ku dalam hati tanpa nada. Menurutku, bukan hanya saya yang bertanya, juga seisi negeri yang melihat dan membaca berita-beritanya.

Tak lama berselang, Pak Tua Sang Jenderal Kunyuk (Guyon ala Gusdur) tampil ke arena. Santer kabar sudah ikut sebelumnya dalam pembahasan rencana. Apa yang kamu kawatirkan kala usia senja telah hampir tiba Pak Tua?

Pertanyaan ini jadi kunci sekaligus pelumasnya. Ternyata konon katanya, ada orang–orang yang sudah jadi bangkai dan mati puluhan tahun yang lalu, bangkit kembali di hadapannya. Oh begitu hebat dan ajaib, bangkai-bangkai itu bisa bangkit seperti sedia kala.

Akibat ulahnya, langsung saja menggelinding jadi pembahasan hangat di mana-mana. Menjadi legitimasi untuk menyerang yang dituduhnya. Menjadi topik pertikaian di sosial media, juga layar kaca seperti televisi swasta.

Jakarta, oh Jakarta, sukses kembali memainkan drama. Dimana para domba berkaki dua, jadi pemeran di panggung utama. Dengan pekikan demi NKRI dan demi harga diri bangsa. Batinku berkata, patriotik benar para domba-domba muda. Saat yang sama, lembaga negara dipimpin oleh koruptor ternama. Tetapi mereka tidak merasa bahwa ada masalah dengan harga diri bangsanya.

Drama dengan sutradara gaek yang sudah biasa ini pula, sukses meciptakan suasana baru seketika. Hingga kita semua lupa, lupa apa kabar Om Setya Novanto sang penguasa. Penguasa partai yang sudah cukup tua dan pernah lama berkuasa. Untuk kita sadari bersama, Om Setya Novanto telah berhasil membuat ribuan warga dari kota hingga ke seluruh pelosok negeri, kehilangan hak memiliki Kartu Identitasnya (E-KTP). 

Apakah Om Setya Novanto masih sadar atau sudah koma. Koma bekepanjangan hingga batas waktu yang tidak bisa ditentukan lamanya? Kita juga tidak tau ada apa dan kenapa KPK tak kunjung memeriksanya.

Disnilah kadang kita menjadi jenaka, tertawa kecil melihat Oknum Jenderal dan tingkahnya. Dengan otaknya yang tersisa, berusaha sekuat tenaga membawa ke suasana dan dinamika puluhan tahun yang lampu para generasi muda. Dengan doktrin yang seolah semua kebenaran hanya bersumber dari mulutnya.

Oh Jendral Tua, sudah saatnya berfikir yang ada di depan mata. Bawalah generasi muda ke masa-masa yang berhari depan untuk Negara. Kalau tidak bisa membuat suasana lebih bahagia, paling tidak bawalah para generasi muda menjeguk Om Setya. Kali aja Om Setya sudah siuman dan membutuhkan hasupan “Blanko” E-KTP untuk percepatan kesembuhannya.

Jenderal Tua, berhentilah berhati dan bermata buta. Karena dengan terus-terus bersikap demikian, obor masa depan tidak akan pernah bisa menyala. Sudahlah, sudahi saja bicara bangkai yang sudah terkubur puluhan tahun lamanya. Atau Pak Tua Burung bangkai yang doyan bangkai juga ?

Raba-raba ala Jakarta

#saya Korban Setya Novanto Cs.

Tidak ada komentar