MENDIDIK SATRIO MENJADI BUSHIDO

Anak saya Satrio Bushido Nusantara adalah sahabat saya dalam berbagai kesempatan untuk bepergian. Semua aktivitas saya kala Bushido libur sekolah selalu saya tawarkan agar Bushido ikut serta.

Sabtu kemarin 15 Januari 2022, kami merencanakan perjalanan silaturahmi awal tahun pendukung Kang Dedi Mulyadi untuk wilayah Jakarta dan Banten. Sejak pagi sekitar pukul 07.00 kami berangkat menuju beberapa tempat pertemuan di lingkungan pemukiman warga di Jakarta dan Banten.

Sepanjang kegiatan, Bushido kadang hanya mendengar bahkan sekali-sekali dia asyik sendiri memainkan hand phone nya. Keadaan itu bisa jadi karena Bushido belum mengerti apa yang sedang kami bicarakan hingga berjam-jam di satu tempat. Saya sendiri juga tidak terlalu mengharapkan dia mengerti dan ambil bagian dalam pembicaraan yang kadang bernada tinggi, rendah bahkan penuh tawa.
Mengajak Bushido hanyalah memperkenalkan realitas kehidupan, bertemu dengan banyak orang di berbagai tempat dengan berbagai latar belakang. Harapan lain, berharap suatu saat Bushido memahami bahwa kehidupan tidaklah selalu sama dengan apa yang dia pikirkan dan inginkan. Semua keinginan haruslah diperjuangkan dengan kesungguhan. Hidup tidak selalu mulus, kadang kita harus mampu menahan rasa lapar dan rasa haus untuk suatu cita-cita yang kita impikan.
Sebagai anak remaja yang tinggal di Ibu Kota, Bushido membutuhkan lebih banyak laboratorium sosial. Agar kelak mampu memahami dirinya sendiri, rendah hati dan mengerti arti persahabatan. Dalam ukuran-ukuran kecil, ujian untuk Bushido kadang saya lakukan. Salah satunya membuatnya menahan rasa lapar dalam perjalanan.
Memang keadaan ini membuat ekspresi wajahnya manyun. Tapi usai makan selalu saya menjelaskan, bahwa hidup tidak ada jaminan selalu ada makanan. Maka kita harus siap kala situasi lapar itu terjadi. Di masa depan, kita tidak bisa pastikan bahwa kita selalu cukup makanan. Entah situasi apapun yang menyebabkan kelaparan itu terjadi, maka kita harus siap dengan semua kemungkinan-kemungkinan terburuk dan tetap mampu mengendalikan emosi dan pikiran.
Penjelasan itu mungkin saja tidak dia pahami sepenuhnya. Tapi saya percaya, bahwa memori dalam otaknya akan terserap sedikit demi sedikit apa yang saya sampaikan. Suatu saat akan dia ingat kala usianya sudah beranjak dewasa.
Sama seperti saya kala kecil selalu diajarkan oleh Ibu saya untuk selalu ikut bekerja di ladang basah dan kering dengan berbagai aktivitas sejak usia anak-anak. Ada pesan Ibu saya yang selalu saya ingat sejak kecil. “Ikkon Boi Mangattusi Situasi, Asa Boi Ho Mangolu Di Parjalangan” (Harus Bisa Mengerti Situasi, Agar Bisa Kau Hidup Di Perantauan). Pesan Ibu saya inilah yang saya ajarkan ke anak saya Bushido, tentu saja dalam versi yang berbeda.
Dalam setiap perjalanan di berbagai kegiatan selalu saya tanya apa pendapatnya usai seluruh kegiatan dilalui. Kali ini sekitar pukul 01.00 dini hari saat dalam perjalanan menuju rute pulang ke rumah. Saya bertanya apa pendapatnya tentang perjalanan Sabtu kemarin. Dan kembali menjelaskan peristiwa demi peristiwa yang kami jalani. Meski Bushido belum bisa menjelaskan pendapatnya dengan gamblang. Tapi saya bisa memahami apa yang menjadi isi pikirannya.
Dengan semua kegiatan yang kami jalani, saya berharap Bushido akan tumbuh menjadi anak yang tangguh sebagai laki-laki pendamping saya di masa depan. Mampu menjadi pengganti peran saya di waktu yang akan datang. Atau bisa menjadi Satria yang memiliki mental Bushido untuk keluarga, sahabat dan terutama untuk dirinya sendiri. Sehat selalu Anak’ku Bushido. Tetaplah menjadi sahabat bagi’ku dalam keadaan apapun.!!
Lawamena Haulala..!

Horas..!

Sampurasun..!
Jakarta 16 Januari 2022
Juson Simbolon

Tidak ada komentar