MIMPI MARCUS AURELIUS

Seminggu usai hari-hari berat itu saya lalui. Tumpukan pekerjaan dan situasi ekonomi masa Pandemi Covid 19 membuat pikiran kadang mengambang. Jejak-jejak kegiatan bersama penggemar Marcus Aurelius melintas di handphone saya.

Aku berusaha mengabaikan semua yang telah terjadi, membangun harapan atas sosok Marcus Aurelius dengan upaya-upaya dan cara yang baru. Saya tidak tahu, selain alasan rasional, alasan apa sesungguhnya yang membuat saya terus mencintai sosok Marcus Aurelius.

Menghadap kebelakang dan merenungkan perjalanan hidup, sepanjang Juli 2021 hingga Februari 2022. Dari perenungan itu, saya menyadari bahwa yang bisa saya kendalikan adalah hanya diri saya sendiri. Tidak untuk orang lain. 

Mengoreksi diri sendiri atas tindakan sejak Juli 2021 hingga Februari 2022 itu, saya terus menanamkan keyakinan bahwa sesungguhnya kita semua adalah saudara dalam kemanusiaan. Sebagaimana yang diajarkan oleh Marcus Aurelius dalam berbagai kesempatan. Tetapi ada kalanya label-label politik membuat dan menghadirkan penyekat dalam setiap persahabatan.

Agar sekat-sekat itu tidak memanas menjadi pertikaian, saya memilih untuk menjadi orang yang tidak bisa melihat dalam terang. Memilih menjadi orang kesasar dalam petunjuk jalan yang jelas. Memilih berdiri dan melangkah dalam gelap meski langit begitu cerah dan membiru. Meninggalkan semua cerita dan persepsi-persepsi negatif yang dialamatkan pada ku. Bagi saya persepsi mereka adalah hal yang tidak bisa saya kendalikan. 

Sebagai pembaca filsafat, saya berusaha mempraktekkan ajaran filsafat stoa menjadi cara hidup. Dimana salah satu bentuknya adalah hidup dengan emosi negatif yang terkendali. Berusaha hidup dalam kebajikan (virtue), dengan berusaha hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia.

Bukankah itu ajaran yang selalu diterapkan dan dicontohkan oleh Marcus Aurelius? Jika Anda penggemar Marcus Aurelius pasti paham, bahwa dasar dari segala sesuatu dari tindakan Marcus Aurelius adalah kemanusiaan (humanisme). Dipraktekkan dengan keselarasan Alam (Nature – dalam arti bukan hanya dalam arti lingkungan hidup). Tetapi jauh lebih luas dari itu, Nature mencakup alam semesta dan penghuninya.

Seminggu sudah situasi hening itu berselang, setiap pagi saya hanya menunggu loper koran Kompas datang melemparkan 1 exemplar terbitan harian di teras rumah. Setelahnya, saya membaca beberapa berita hukum dan politik, sembari memanaskan mobil tumpangan menuju tempat kerja. 

Suatu ketika, kala pagi terasa sangat membosankan. Sebelum “belek” diusap air kamar mandi. Di atas tempat tidur, istri bercerita dengan wajah dan logat terasa aneh. Dia bercerita dengan wajah polos bahwa dia bermimpi Marcus Aurelius datang menghampiriku. Istri saya bilang “Pa, tadi malam aku mimpi aneh banget, kamu didatangi Marcus Aurelius, Dia menepuk pundakmu dan berujar “Rabu Ya Bang”. Saya hanya diam dan tidak menjawab sedikitpun. Tapi istri yang merasa aneh itu terus menodong saya dengan pertanyaan “Artinya apa itu ya Pa?”. Sambil berlalu menuju kamar mandi, saya hanya menjawab singkat “Ah bunga tidur aja kali”. Dan pembicaraan pun berhenti.

Menjelang Februari tahun ini berakhir. Cerita mimpi istri saya tentang Marcus Aurelius kembali dibuka. Entah apa permulaan dan sebabnya, saya tidak begitu ingat. Yang pasti istri saya terus bertanya apa arti mimpinya. Saya merasa terintimidasi dan bingung dengan pertanyaan itu. Tidak tau mau jawab apa arti mimpinya. Sebabnya saya tidak punya keahlian tafsir mimpi, tidak pula bisa baca Primbon Jawa, tidak juga terbiasa dengan pikiran spekulatif soal bunga-bunga tidur. Kalau bunga uang mungkin bisa dijelaskan. Hahaha

Meskipun saya tidak terlalu memikirkan arti mimpinya pada awal bercerita. Tetapi sebagai bentuk kasih sayang untuk nya, saya berusaha mencari jawaban yang bisa membuatnya berhenti bertanya. (Kalian suami, pasti tau rasanya kalau ditanyain sama istri..! hahaha)

Setelah mencoba mencari jawaban. Akhirnya bertemu alasan yang mungkin mendekati tepat, atau bisa jadi juga ini cocokologi sih. Saya coba menghubungkan sosok Marcus Aurelius dengan harapan yang kami perjuangkan. Yakni menjadi pemimpin di negara lewat Pemilu. Ternyata Rabu itu jatuh pada tanggal 14 Februari 2024, tepatnya tanggal Pemilu yang telah diputuskan melalui kebijakan Politik antara Eksekutif dan Legislatif. 

Pada tanggal 14 Februari pula, adalah hari kasih sayang yang dikenal oleh banyak kalangan sebagai Valentine Day. Jika menghubungkan kasih sayang dengan sosok Marcus Aurelius, tepat pula dia adalah sosok yang selalu berbicara dan bertindak atas nama cinta (kasih sayang-red)

Mungkin kata “Rabu Ya Bang” dalam mimpi istri saya itu adalah berita awal bahwa moment Rabu 14 Februari 2024 itu menjadi catatan sejarah, bahwa Marcus Aurelius si penebar kasih sayang itu akan terpilih menjadi pemimpin bangsa. Aku tidak tahu itu artinya, tapi itu saya berikan jawaban itu buat istri saya bahwa Rabu itu petunjuk Pemilu 2024. Dan bisa jadi Rabu 14 Februari 2024 itu hari kemenangan buat harapan rakyat terhadap Marcus Aurelius. Saya berharap penjelasan itu bisa membuat istri saya berhenti penasaran atas arti mimpinya. 

Suatu waktu kami dapat undangan sangat berharga, yakni kesempatan bertemu Marcus Aurelius. Seperti biasanya, istri saya tidak terlalu ikut dalam perbincangan dalam hal-hal politik. Usai bertemu dengan Marcus Aurelius bersama teman-teman yang lain, saat akan berpamitan pulang, istri saya tidak meminta untuk foto bersama dengan Marcus Aurelius. Dia hanya menyalami dan bercerita langsung kepada Marcus Aurelius bahwa dia mimpi Marcus Aurelius menghampiri saya (suaminya).

Cerita itu membuat dialog singkat antara istri dengan Marcus Aurelius. “Pak saya mimpi Bapak Datangi suami saya dan berujar Rabu Yang Bang”. Dengan senyuman yang khas dan mimik wajah penuh persahabatan Marcus Aurelius hanya tersenyum. “Tapi kata suami saya artinya Bapak akan terpilih nanti jadi pemimpin pada 2024, karena Pemilu itu hari Rabu katanya” sambung istri saya. Dengan tawa yang penuh makna, Marcus Aurelius menjawab “Ia itu Rabu 14 Februari 2024, ya bisa jadi begitu” ujar Marcus Aurelius sambil tertawa bersama penuh kebahagiaan.

Perbincangan singkat penghujung pertemuan itu membuat gala tawa penuh bahagia. Sambil menundukkan kepala dan menyalami Marcus Aurelius, kami pun akhirnya berpamitan untuk melangkah menuju loby dan bergegas pulang ke rumah. 

Pesan moral nya dari cerita ini, mimpi saja sudah sangat bahagia. Apalagi harapan itu benar-benar menjadi nyata.! Ahh sudahlah, ternyata saya sudah terlalu lama bercerita. Yang pasti, dialah Marcus Aurelius, si pembawa harapan rakyat. Dan mimpi itu semoga menjadi nyata. 

Jakarta 23 Maret 2022


Juson Simbolon*

* Juru Bicara Jaringan Rakyat Indonesia - KDM

* Blogger & Vlogger Satrio Bushido Library

* Hidden Friend Marcus Aurelius


Tidak ada komentar