LEMBUR PAKUAN
Narasi ini bukan tentang perasaan. Ini tentang jiwa dan tarikan nafas bagi yang pernah singgah di tempat ini. Sebuah tempat, yang akan menoreh-kan sejuta kesan, atau rasa takjub bagi siapa saja yang pernah berkunjung.
Jika berkendara dari Pintu Tol menyusuri Jalan Raya Kali Jati, sekitar 23 menit perjalanan atau sekitar 11 KM, tepat berada di titik kemiringan jalan lebih kurang 20 derajat, sebuah Gapura kokoh berdiri di sisi kanan.
Jalan desa, tepat di pertigaan jalan utama bawah gapura itu tidak terlihat mencolok, jika tidak mengalihkan pandanganmu dengan durasi yang sedikit lambat. Jika pandanganmu hanya kecepatan kedipan mata, maka objek penanda itu tidak akan mampu dikirimkan oleh saraf mata ke dalam pikiranmu.
Jalan mulus dan bersih membentang dari bawah Gapura. Berjalan beberapa meter saja di atas aspal mulus itu , suasana hatimu akan campur aduk. Takjub, bertanya-tanya dan mungkin juga ingin berhenti untuk mengabadikan suasana dengan foto selfie.
Sisi kiri - kanan jalan berdiri anggun susunan Bambu, menjulang dengan tinggi sekitar 3 m. Berbaris rapi menyambut siapa saja yang datang ke tempat itu. Di sisi kiri-kanan bambu itu pula, menempel payung-payung berwarna seolah memberi pesan, “jangan takut hujan atau panas, kamu akan mendapat keteduhan jika terus melangkah”
Berselang beberapa meter di jalan yang sama, barisan rumah warga dengan suasana desa menghadap kepada siapa saja yang sedang melintas. Bangunan rumah warga tidak ada yang terlihat begitu mencolok dengan tinggi yang berbeda. Meskipun tidak seragam, seperti model-model rumah dalam kompleks pemukiman, tapi masih jelas terlihat harmoni dan kesetaraan antar sesama warga.
Sembari langkah diayunkan, sesekali melirik arah kiri dan kanan, di atas kepala lampion-lampion berayun tertiup angin. Jika susana malam berkunjung ke tempat ini, warna-warni lampion itu bisa membuat pandanganmu selalu ke atas, meskipun kedua kakimu melangkah terus menyusuri jalan.
Dari Gapura utama, terdapat beberapa Gapura, tapi saya belum begitu hafal namanya. Di Sisi kiri jalan, terdapat dua karya seni patung, yang sangat kontras satu dengan yang lain. Patung pertama, seseorang sedang menunggang kuda bagaikan panglima perang zaman Romawi kuno. Patung kedua seekor Harimau (akrab dengan sebutan Maung) dengan cahaya dan percikan air mancur, berteduh dibawah pepohonan hijau. Berdiri dengan ketinggian sekitar 2,5 meter dari permukaan tanah.
Persis disebelah lokasi Maung, terdapat jalan kecil yang mirip Gang pemukiman padat Ibu Kota. Melangkah sekitar 50 meter dari pertigaan jalan kecil itu, atau persis di belakang patung Maung sisi kanan jalan kecil, berdiri dengan anggun rumah teduh dengan ornamen yang cukup klasik. Dikelilingi pepohonan hijau, suara burung dan ragam tanaman memanjakan mata.
Bangunan rumah dengan daun-daun pintu yang unik serta nilai seni tinggi. Bangunan rumah itu terlihat sangat memenuhi konsep harmoni dengan alam. Daun pintu dan jendela membawa bias terang dan sejuk tiupan oksigen dari sang Pencipta. Melihat sekilas banguan klasik ini, siapa saja pasti takjub jika memperhatikan sisi depan, belakang, samping kiri - kanan dari rumah utama itu. Sebab daun pintu dan jendela, furniture dan ornamen yang hampir sama dari masing-masing sisi.
Saya belum tau, secara detail filosofi rumah itu dibangun. Yang pasti dari jendela dan pintu rumah itu, selain aspek fungsional, harmoni dengan alam juga pertanda pemiliknya menerima siapa saja, dan dari mana saja untuk datang berkunjung. Kesan dan energi selamat datang tergambar kuat dari sekian banyak akses yang selalu terpusat dalam satu titik.
Jika mengikuti alur jalan dari Gapura utama saat masuk Lembur Pakuan, di samping kiri rumah indah itu berdiri sebuah bangunan besar. Diberi nama Bale Pamanah Rasa. Saya belum tahu secara filosofis dan historis atas pemberian nama bangunan dengan arsitektur tropis dan klasik itu. Yang saya tahu, bangunan ini adalah tempat bertemu, berkesenian serta banyak ragam kegiatan untuk membangun relasi sosial dengan unsur-unsur identitas dan entitas dengan spirit tradisional.
Di dalam Bale Pamanah Rasa, tidak terlihat ada sekat-sekat. Yang ada saat ini susunan rapi beberapa alat kesenian tradisional. Di dindingnya menempel figura-figura dengan lukisan gambaran kehidupan abad klasik. Di Sisi kanan Bale Pamanah Rasa, terdapat satu pintu dan terkoneksi dengan area rumah harmoni bangunan utama. Dari depan area luar Bale, di samping kanan juga satu pintu terkoneksi dengan rumah harmoni bangunan utama.
Jika kamu dapat kesempatan menyusuri ikon-ikon Lembur Pakuan, pasti akan merasa semua jalan terpusat dalam satu titik. Yakni ke rumah klasik bangunan utama.
Meski saya tidak bisa mendeskripsikan lebih detail dan sempurna semua area, tapi saya percaya Lembur Pakuan selalu mendatangkan energi yang baru. Atau mengingatnya, ingin segera kembali mengobati kepenatan kehidupan urban, yang kian hari kian jauh dari peradaban makhluk sosial.
Apalagi jika suatu saat ada momen bertemu dengan pemilik sekaligus arsitekturnya, sembari berkeliling dari satu titik ke titik yang lain. Mendengar penjelasan-penjelas philosofis, historikal dari setiap sudut area dan bangunan ikon Lembur Pakuan. Bagi saya, momen itu adalah impian serta jiwa dan tarikan nafas paling sempurna berkunjung ke Lembur Pakuan. Sebab estetika yang kita nikmati, tidak akan pernah kita tahu esensinya, jika tidak memahami akar philosofi dan historikal sebuah keindahan itu terbentuk.
Jakarta 17 Mei 2022
Juson Simbolon
Blogger & Vlogger Fans KDM
Pengunjung Lembur Pakuan
Post a Comment