KDM & POLITICAL CIVIC VOLUNTARISM

Dua tahun menjelang Pemilihan Presiden 2024 wacana dan perbincangan publik terus mengalami dinamika. Wacana dan perdebatan diantara kelompok-kelompok politik terus mengemuka.

Memang, kelihatannya hingga saat ini elit politik masih melakukan manuver yang belum terukur. Tetapi diluar skenario partai politik banyak figur publik secara diam-diam telah membangun jejaring politik dan anggaran secara nasional. Jejaring itu diklaim dengan sebutan relawan (voluntarism). 

Pertanyaan atas munculnya berbagai kelompok pendukung figur politik. Apakah murni bagian dari kesukarelaan partisipasi politik sipil dalam demokrasi? Atau adanya upaya mobilisasi lewat kekuatan pendanaan hingga ke berbagai daerah oleh figur-figur tertentu? 


Pertanyaan ini sebagai pembuka diskursus kita. Bagaimana situasi dan partisipasi politik sipil di era keterbukaan saat ini. Dan bagaimana memahami proses dan mungkin hasil Pemilu 2024, jika sejak awal modal uang sudah menjadi faktor utama.


Jika mengacu pada political civic voluntarism atau kesukarelaan sipil politik. Semestinya kelompok pendukung figur politik yang melakukan deklarasi di berbagai daerah muncul atas kesadaran dan pemahaman program politik  atau kinerja dari tokoh itu sendiri. 


Melihat situasi yang ada, sebenarnya mudah mengenali apakah kelompok pendukung tersebut bagian dari political civic voluntarism atau bagian dari mobilisasi jejaring figur itu sendiri.


Ada beberapa indikator untuk melihat secara kritis, apakah kelompok pendukung tersebut merupakan relawan atau bagian dari mobilisasi. Beberapa diantaranya bisa dilihat dari fasilitas, alat peraga, seragam kaos dan tempat kegiatan yang dilakukan untuk mendukung figur tertentu. Dalam politik hal demikian memang tidak salah. Tetapi jika kita berbicara tentang penguatan demokrasi dan partisipasi publik dalam politik, keadaan demikian bisa melahirkan kemunduran kualitas demokrasi dan kepemimpinan nasional ke depan. Dimana setiap orang bersedia berpartisipasi dalam menentukan suksesi kepemimpinan nasional atas mobilisasi atau bahkan bisa jadi karena imbalan uang semata.


Terlepas dari situasi yang ada saat ini. Sebagai Fans atau pendukung Kang Dedi Mulyadi (KDM), muncul pertanyaan apakah ada peluang membangun kekuatan political civic voluntarism lewat kemunculan KDM di ruang publik secara nasional? 


Menurut saya, peluang itu sangat terbuka. Beberapa faktor sebagai pendukungnya adalah informasi digital yang tersedia tentang kinerja KDM. Disamping itu, jejaring pendukung digital KDM yang tersebar di media sosial. 


Atas beberapa peluang yang ada dalam sosok dan informasi digital KDM, bagaimana mewujudkannya kekuatan relawannya? Inilah bagian terpenting yang mesti dipahami dan dijawab oleh kelompok-kelompok pendukung KDM secara logis dan rasional. 


Ada beberapa langkah penting sebagai pijakan dasar untuk membangun ritme gerakan dan kekuatan relawan KDM. 


Pertama; Menentukan design branding KDM sebagai signifier (penanda) gerakan relawan KDM. Penanda tersebut bisa saja dalam bentuk tagar atau gagasan dengan rasionalisasi yang bisa diterjemahkan dalam berbagai pendekatan. 


Kedua; Merasionalkan gagasan atau design branding Kang Dedi Mulyadi itu sendiri. Misalkan, jika gagasan dan brandingnya #KDMharapanRakyat, maka setiap relawan harus mampu merasionalkan gagasan tersebut secara detail dan informatif. Atau jika bandingnya KDM Bapak Aing, seharusnya “KDM Bapak Aing” bisa dirasionalkan sehingga memiliki penjabaran dengan elaborasi yang luas. 


Jika kedua hal itu bisa dilakukan dengan serius dan terbuka, maka sosok KDM menjadi influencer dalam memperkuat political civic voluntarism di Indonesia secara alamiah. Dan dialektika relawan akan terus berkembang menjelang Pilpres 2024. Dimana proses penguatan kelompok relawan akan berjalan dinamis. 


Tetapi jika kita tidak mampu membangun dua metode tersebut, maka disorientasi pendukung KDM dikhawatirkan akan terjadi. Memunculkan friksi-friksi kelompok menjadi spora-spora kecil yang tidak solid secara gagasan. Setidaknya hal ini mulai terlihat dari berbagai kelompok pendukung di media sosial. 


Jakarta 03 Juni 2022



Juson Simbolon*

Fans Kang Dedi Mulyadi Nasional


Tidak ada komentar