KENAPA KOPDAR PERLU
Kopdar dapat pula dipahami jika merujuk pada pengertian terminologi. Kopdar merupakan singkatan Kopi Darat. Sebuah istilah yang mengarah pada ajang pertemuan antar sesama pengguna (user) atau penggemar sesuatu hal. Kegiatan ini direncanakan dan dilakukan oleh komunitas. Umumnya sudah saling kenal lewat radio, media sosial atau grup chatting.
Dengan pengertian Kopdar sebagaimana dijelaskan di atas. Maka Kopdar menjadi media interaksi sosial masing-masing individu secara langsung. Kopdar pula selalu menghasilkan ruang-ruang dialogis yang mampu mengupdate dan memperkuat hubungan mutual sesama peserta.
Ruang-ruang interaksi langsung itu akan menghadirkan dialektika dan kristalisasi gagasan-gagasan baru.
Mengacu pada fungsi dan esensi, Kopdar menjadi sangat penting untuk memperluas jangkauan komunikasi, interaksi dan hubungan emosional sesama anggota komunitas. Seperti memperkuat soliditas dan militansi antar anggota.
Memang harus kita akui, teknologi sudah jauh berkembang melampaui zaman radio handy talking (HT). Dimana kata Kopdar salah satu kosa kata populer, saat HT menjadi media komunikasi antar penggunanya.
Teknologi Digital & Teori Sosial Six Degree of Separation
Sejak diperkenalkan Frigyes Karinthy 1929 dan diuji oleh Stanley Milgram 1967 teori Six Degree of Separation, kini banyak berpendapat bahwa teori ini sudah runtuh. Sebagaimana kita ketahui, esensi teori Six Degree Of Separation menyebut bahwa jangkauan komunikasi antar manusia maksimal hingga tangga ke enam.
Namun menurut saya meski teknologi telah berubah begitu cepat. Tetapi dalam konteks psikologis sosial teori Six Degree of Separation relevansinya masih ada.
Penjelasan relevansinya seperti ini. Fakta-nya memang teknologi telah melampaui imajinasi manusia untuk saling terhubung. Kemajuan teknologi meningkatkan jangkauan saling kenal secara formal. Tidak terbatas hanya sampai tangga ke 6. Artinya teori Six Degree of Separation sudah runtuh. Tetapi jika jangkauan komunikasi secara emosional tentu saja teori ini masih relevan.
Sebagai contoh. Jika percakapan lewat media sosial, email, face to face video call serta grup-grup Whatsapp dimaknai sebuah ruang interaksi dan komunikasi. Maka bisa saja diambil kesimpulan bahwa sebuah komunitas sudah terhubung dalam bentuk komunikasi formal lewat jaringan digital itu sendiri.
Pertanyaannya kemudian bagaimana mengukur semua percakapan di sosial media dan di aplikasi percakapan tersebut bukan hanya bubble-bubble relasi sosial. Ialah dengan memperkuat tujuan percakapan dalam satu gagasan bersama. Lalu diuji dengan pertemuan-pertemuan (Kopdar) lingkaran kecil secara mandiri.
Penjelasan di atas coba saya sampaikan sebagai narasi, sekaligus koreksi untuk kita sesama Fans Kang Dedi Mulyadi. Apakah penggemar KDM di media sosial miliknya dan media sosial yang dikelola oleh para pendukungnya memiliki ikatan emosional sesama mereka? Untuk menjawabnya hanya dengan kerja-kerja interaksi langsung, seperti pelaksanaan Kopdar di antara Fans KDM itu sendiri.
Jadi menurut saya, ruang-ruang interaksi langsung, meski kecil harus konsisten dilakukan oleh para fans KDM yang telah berfikir lebih maju. Atau yang bukan sekedar puja puji terhadap KDM, harus mampu menciptakan ruang-ruang Kopdar meskipun kecil. Tujuannya agar harapan, gagasan-gagasan kebangsaan KDM terus membumi lewat interaksi langsung sesama penggemar KDM. Tidak hanya angan-angan para penggemar yang mengawang-awang di lini masa media sosial.
Terima kasih
Rahayu..!!
Juson Simbolon
Blogger & Youtuber
Calon Peserta Kopdar 1 Fans KDM Jatim
Post a Comment