LARUT BUKAN HANYUT


Saya ingin mengawali tulisan ini dengan kalimat “Ini jawaban buat Bung Iqbal Notonegoro”. Atau akrab disapa oleh teman-teman dari Jawa Tengah Gus Iqbal. Landasannya adalah jawaban atas pernyataan awal Gus Iqbal “Kalau abang memang sudah pada level yg berbeda. Intinya hanyut bersama aliran KDM”😊

Sebenarnya perbincangan tersebut merupakan percakapan tanpa thema dan spontanitas di grup Followers Kang Dedi Mulyadi. Kata kunci yang saya highlight dari pendapat Gus Iqbal adalah “hanyut bersama KDM”

Penggunaan terminologi hanyut memang sudah saya tolak di awal percakapan. Saya memahami pengertian hanyut dalam kalimat Gus Iqbal bukanlah bertendensi negatif. Tetapi asumsi saya Gus Iqbal sedang membuat pengertian bahwa saya sudah sejalan dengan apapun yang menjadi rencana, praktek hidup keyakinan politik KDM. Jika demikian pengertian Gus Iqbal, saya akui memang tidak sepenuhnya salah. Semoga asumsi saya benar.

Namun dalam tulisan singkat ini saya ingin menjabarkan dasar penolakan atas kata “hanyut bersama KDM”. Saya menggantinya dengan kalimat “larut bersama KDM”

Secara terminologi hanyut adalah suatu proses benda (material) dalam senyawa dan berat jenis berbeda, bergerak mengikuti aliran suatu fluida. Mengikuti arah dan sifat zat cair itu sendiri. Seperti air, minyak dll. Ambil salah satu contoh air dalam aliran sungai. 

Hanyut merupakan perpindahan material dalam aliran sungai yang tidak mengalami penyatuan komposisi dalam air sungai. Artinya, benda tersebut tidak menyatu dengan air. Komposisi atau keberadaan benda yang hanyut bisa di permukaan air, di tengah air, di samping kiri atau samping kanan. Atau bahkan tersangkut dibagian-bagian tertentu yang membuat benda atau material tidak sampai ke muara sungai. Dimana muara dan laut tenang adalah tujuan dari fluida atau air sungai bergerak.

Jika secara filosofi menggunakan terminologi hanyut bersama KDM, maka secara harfiah tidak jelas posisi serta tujuan akhirnya bersama KDM. Sebagaimana pengertian dan proses perpindahan material bersama fluida dengan contoh sungai yang telah dijelaskan diatas. Layaknya sebuah benda yang hanyut, kedua benda itu bisa saja terpisah, tertinggal bahkan menghilang. 

Merujuk pada pengertian filsafat sebagaimana disampaikan diatas. Maka penggunaan kata hanyut sangat tidak tepat. Memang sudah saya jawab dengan klarifikasi dengan mengajukan terminologi baru, yaitu melebur. 

Untuk mempermudah memberikan penjabaran filosofis, kata melebur diganti dengan larut. Kenapa tidak mempertahankan kata melebur. Karena secara perubahan kimiawi kata lebur lebih cenderung kepada pengertian perubahan benda padat menjadi benda cair dengan proses kimia tertentu. Biasanya kata ini digunakan pada unsur-unsur logam yang telah mengalami perlakukan dengan temperatur atau tekanan tinggi.

Gus Iqbal, dalam tulisan ini kata kunci yang jadi konsep saya adalah larut. Sekilas sebagai gambaran umum. Dalam pemilihan diksi, memang tidak ada rumus matematis yang bisa membuat sebuah persoalan menjadi satu tafsir. Sastra seringkali memiliki interpretasi bebas nilai. Artinya penggunaan kalimat adalah bentuk-bentuk semiotika yang bisa melahirkan banyak persepsi. 

Namun dalam jawaban ini, saya ingin menjelaskan bahwa secara filosofis melebur bersama KDM dan memilih kalimat filosofis larut bersama KDM lebih pada pengertian harfiah dan pengertian konseptual. 

Secara harfiah larut dalam pengertian berubah bentuk dalam fluida, sehingga membentuk komposisi baru yang 99% menyatu. Jadi pengertian larut disini bukan dalam pengertian waktu. Atau yang sering digunakan sebagai kata bantu menyatakan makin lama.

Sebagai contoh; Jika saya garam dan gagasan-gagasan atau values KDM adalah air, maka sebuah keniscayaan terjadi perubahan senyawa dengan menghasilkan unsur kimia (rasa yang baru) namun tidak memunculkan bentuk yang baru. 

Oleh karenanya. secara filosofis larut bersama KDM, ialah bahwa menempatkan diri pada ide dan gagasan KDM menyatu dalam diri dan tindakan saya secara personal. Dimana, tidak lagi melihat apa yang menjadi keinginan saya, keinginan orang lain atau keinginan personal KDM. Tetapi apa yang menjadi nilai-nilai yang termanifestasi dalam relasi sosial KDM. Saya tidak akan pernah melihat KDM dari sisi privat (siapa istrinya, apakah bercerai, siapa anaknya, dimana Dia bermukim, atau apa hasrat politinya). Tetapi melihat dari seluruh karya-karyanya yang ter-manifestasi dalam bentuk praksis dengan mengedepankan humanisme dan environmental ethics sebagai nilai-nilai utama.

Oleh sebab itu, jika kebutuhan kekuasaan di berbagai level menjadi pusat perdebatan, menurut saya hal itu terlalu naif. Pada prinsipnya larut bersama KDM merupakan pilihan konsepsi dan filosofi dalam setiap aktivitas kedepan. 

Jika larutan itu membentuk warna atau rasa yang baru, ya kita tetap bersama di dalam senyawa itu. Sejauh mendatangkan manfaat bagi orang banyak. Tanpa harus diikat oleh tanggung jawab strukturalis, menurut saya itu nilai tertinggi dari setiap kesadaran manusia. Sebagaimana yang telah saya sampaikan dalam percakapan sebelumnya "potensi manusia akan mencapai titik tertinggi dan membawa manfaat bagi sesama jika tidak hidup dalam belenggu otoritas" Mikhail Bakunin.

Jakarta 05 Desember 2022


Juson SImbolon
Blogger & Youtuber Satrio Bushido Library

Cc Gus @M Iqbal USU

Tidak ada komentar