𝗦𝗔𝗝𝗔𝗞 𝗨𝗡𝗧𝗨𝗞 𝗦𝗔𝗛𝗔𝗕𝗔𝗧
Yang istimewa, ada hal terbaik yang mampu kita pelihara hingga kini. Yaitu membangun asa mereka yang termarjinalkan oleh situasi. Gagasan besar terus kita diskusikan. Kita perjuangkan dan sesekali kita tuliskan dalam narasi kecil di media sosial. Meskipun tekanan datang bertubi-tubi. Tersenyum dan terus berkarya menjadi penyemangat kita tiada henti.
Menoleh ke satu tahun yang lalu. Suasana sangat menekan kita hadapi bersama. Telepon datang tak kenal waktu. Nafas kadang sesak, kala berita menembus gendang telinga. Kita seolah penjahat yang diburu dari tiap sudut. Padahal kita hanya mengungkapkan pikiran dan harapan untuk kebaikan bersama. Tentu saja hak kita sebagai warga negara.
Urusan politik berkelindan dengan persoalan pribadi. Kadang kala isi Whatsapp membuat air mata menetes. Bayangan pelukan hangat seorang anak kecil akan hilang kala hari-hari menjelang malam. Meskipun kata semangat selalu mengakhiri perbincangan kita jelang subuh. Tetap saja nurani dan hati kecil menangis perih. Membayangkan betapa ter-lukanya seorang sahabat, demi memperjuangkan kemaslahatan orang banyak.
Tetapi sahabat sejati selalu percaya bahwa hanya waktu-lah penguji yang paling adil. Meski saya bukan seorang politisi yang mumpuni, bukan organisatoris yang handal. Namun keterbukaan, kesetaraan dalam ide, pikiran dan pandangan diantara kita, menjadi jalan menuju kesabaran, kegigihan dan selalu menerima apapun hal terburuk yang sudah terjadi dan mungkin masih akan terjadi.
Kita tidak pernah menghitung berapa banyak keringat yang mengucur, berapa lama waktu yang kita lalui. Selagi gagasan dan cita-cita kita belum terwujud, kewajiban terus mengasah kesabaran, kerendahan hati dalam setiap langkah-langkah pergerakan.
Meski sudah beberapa bulan lalu kita diskusi tentang kekhawatiran saya atas situasi yang makin membesar. Jawaban santai selalu menjadi penutup diskusi. "Bang jangan khawatirkan aku" itu selalu saya terima. Bahkan di hadapan seluruh sahabat-sahabat setia kita, secara terbuka mengungkapkan bahwa saya yang paling khawatir atas situasi yang ada.
Entah sudah berapa kali kekhawatiran dan analisa itu saya sampaikan, baik langsung maupun melalui sahabat kita yang lain. Jawaban selalu mendorong agar kita tetap tenang. Jawaban itu selalu saya amini. Walaupun saya tahu dari raut wajah di akhir-akhir kita bersua, terpancar pikiran yang berbeda. Sebagai sahabat, saya tidak hanya melihat ucapan menjadi ukuran, tetapi gestur, mimik wajah dan narasi di tiap kesempatan.
Subuh kemarin telepon berdering. Suara dari sahabat di keheningan subuh terdengar jernih. Lugas dan penuh tawa. Ternyata kekhawatiran saya terjawab. Kabar sahabat akan pergi demi mereka, demi saudara-saudara kita. Meninggalkan pohon rindang, terbang bersama rajawali. Pilihan itu harus terjadi, untuk mewujudkan harapan yang selama ini terabaikan. Yang selama ini kita dampingi dan suarakan di setiap kesempatan.
Saat pertanyaan akhir bergema di telinga “menurut abang langkah saya tepat?” Jawaban saya jelas. Sangat tepat! Saya tidak ada masalah dengan pilihan strategi itu. Yang terpenting gagasan dan cita-cita kita untuk mewujudkan impian mereka tidak akan berubah. Untuk mereka warga desa maupun kota, yang selama ini belum merasakan menjadi warga negara di Republik ini. Selamanya, dan selamanya untuk mereka semua ikhtiar ini kita lakukan.
Sajak ini kutulis, sebagai rasa bangga sekaligus doa'ku untuk setiap perjalanan kita. Dan kita akan terus melangkah, meski kita tau rintangan akan terus ada. Tapi percayalah, apapun rintangannya bagi kita "tidak boleh ada jalan buntu"
Jakarta 11 Mei 2023
Post a Comment