DEDI MULYADI DAN KEARIFAN SILIWANGI

Buku Berguru Pada Kearifan Siliwangi terbitan Koekoesan. Cetakan pertama Mei 2014, merupakan karya Kang Dedi Mulyadi.

Buku ini bisa disebut sebagai buku saku. Bukan saja karena hanya terdiri dari 107 halaman. Juga karena isinya mendorong pembaca untuk memahami akar sejarah dan praktek hidup Prabu Siliwangi di masa lampau.

Membaca buku ini kita akan dibawa pada pemahaman akan relevansi kearifan Siliwangi dengan peradaban modern saat ini.

Terdiri dari 6 (enam) bagian. Diantaranya Membaca Kearifan Siliwangi dimulai dari halaman 7 - 22. Tata Pemerintahan Masa Siliwangi diulas dari halaman 23 - 40. Kenapa Mesti Berguru Pada Kearifan Siliwangi dibahas dari halaman 41 - 50. Ikhtiar Menciptakan Generasi Mandiri diulas dari halaman 51 - 70, Pemimpin Sebagai Pemanggul halaman 71 - 88 dan Menghargai Tradisi dengan Seni diulas di halaman 89 - 104.

Secara historis dalam buku ini Kang Dedi Mulyadi menerangkan bahwa sepanjang masa pemerintahan Prabu Siliwangi, memiliki perhatian yang sangat intens pada dunia Pertanian, Kelautan dan Perdagangan. Dalam konsep pertanian Prabu Siliwangi memiliki konsep pertanian huma (ladang) dan pertanian sawah. [hal 42]


Pertanian huma (ladang) juga memiliki konsepsi tidak hanya untuk memproduksi bahan pangan. Tetapi juga diarahkan upaya melestarikan alam dan keseimbangan ekosistem. Mengacu pada konsepsi ini, titik terpenting kearifan Prabu Siliwangi adalah menjaga peradaban pedesaan. Hubungan manusia dengan alam.


Jika mengacu pada gagasan Kang Dedi Mulyadi “Mengurus Lembur, Menata Kota - Jabar Istimewa sepertinya tidak jauh berbeda dengan konsepsi ekonomi, pembangunan dan pemerintahan Prabu Siliwangi. Atau bisa jadi gagasan besar Kang Dedi Mulyadi untuk membangun masa depan Jawa Barat banyak dipengaruhi oleh gagasan-gagasan dan kejayaan Prabu Siliwangi di masa silam. Tentu saja hal lain yang bisa menjadi perbedaan adalah peradaban modern dan kondisi materil masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Barat dahulu dan saat ini.


Dalam konteks kepemimpinan, di halaman 71 dijelaskan bahwa kearifan Prabu Siliwangi seorang pemimpin merupakan orang yang sedang dipercaya, atau yang diberi amanah untuk mengemban tanggung jawab sebagai “pemanggul” Secara harfiah, pemanggul berarti pesuruh atau pelayan. Sementara yang dipanggul adalah rakyat. Rakyat yang harus didengar segala keluh kesahnya. Rakyat yang harus dipenuhi segala kebutuhannya. 


Dalam banyak kesempatan. Sebagai pemimpin kultural Kang Dedi Mulyadi mempraktekkan bagaimana dia menjadi “pemanggul” atau pelayan bagi banyak keluhan warga. Menyelesaikan berbagai masalah sehari-hari yang dihadapi oleh warga Jawa Barat. Baik yang berkaitan dengan lingkungan, kemanusiaan dan hal-hal personal yang Dia temukan sehari-hari. Bisa diartikan sebagai pemanggul dalam definisi Prabu Siliwangi melekat pada kerja-kerja atau praktek hidup Kang Dedi Mulyadi selama ini.


Pada bagian terakhir tepatnya halaman 107, menjelaskan tentang latar belakang Kang Dedi Mulyadi. Anak desa yang lahir, tumbuh dan besar dalam kesederhanaan atau tepatnya keterbatasan. Tetapi mampu bangkit menjadi pemimpin atau “pemanggul” yang punya karakter kuat, tangguh dan mandiri. Kang Dedi Mulyadi juga disebut dalam buku ini telah menciptakan puluhan lagu yang terinspirasi dari penghormatan-nya pada kearifan Siliwangi.


Buku ini sangat cocok untuk anda baca. Jika ingin menemukan benang merah antara gagasan besar Kang Dedi Mulyadi “Mengurus Lembur, Menata Kota - Jabar Istimewa” dengan nilai-nilai kearifan Siliwangi yang masih memiliki relevansi dalam membangun Jawa Barat ke depan. 


Jakarta, 10 Mei 2023


Juson Simbolon

Blogger & Youtuber Fans KDM


Tidak ada komentar