PERNAS bukan PAPERNAS
Tapi, jika eksistensialisme mendahului ide, maka argumentasi akan sangat hegemonik, dan berpotensi menghambat muncul & menyebarnya ide alternatif.
Setiap orang memang selalu memiliki peran atas sejarah. Tetapi setiap orang pula memiliki pemahaman dan cara pandang atas sejarah itu sendiri.
Jadi, kalau mau bicara Persatuan Nasional, jangan pula disimplifikasi hanya soal aktivis 98, atau soal Capres mana berpasangan dengan siapa.
Buka saja ruang-ruang diskusi itu seluas-luasnya. Melibatkan multisektoral misalnya. Sebab bangsa ini, bukan hanya tentang Prabowo Subianto Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan
Emang sich semacam ini dalam sejarahnya belum pernah ada di Indonesia, Soekarno yang punya kekuasaan saat itu juga gagal dengan Baskom eh Nasakomnya.
Tapi tetap mendiskusikannya juga ga buat dosa. Atau masuk neraka kelak.
Kita lanjutkan aja perdebatan-perdebatan itu sekeras-kerasnya, agar gagasan itu muncul dari pikiran yang keras, rasional dan bisa membumi dalam tindakan.
Terima kasih KDA 98, kalian memilih berdialektika dari pada memaki dengan mereka yang memilih jalan berbeda. Itu baik buat kita semua.
HORAS
Blogger & Youtuber
Post a Comment